Sabtu, 31 Desember 2011

Miskin Itu Pilihan dan Keterpaksaan

Oleh : Muhammad Yunus


Pilihan miskin dari kesadaran dan keterpaksaan

Miskin adalah sebuah realitas kehidupan yang diakibatkan oleh beberapa factor kesalahan system ekonomi, kebijakan penguasa, system distribusi, pendidikan dan juga budaya masyarakat. Beberapa bentuk kemiskinan yang merealita di masyarakat hingga saat ini, diantaranya:

Miskin financial. Kemampuan untuk memiliki dan sekaligus susah untuk mendapatkan akses likuiditas uang. Secara kesadaran sering disebabkan oleh ketidakmauan untuk memaksimalkan kreatifitas dan kemampuan yang tersedia dalam diri. Sedangkan dalam bentuk keterpaksaan bersumber dari  susahnya mendapatkan uang beredar untuk kebutuhan berusaha. Keterpaksaan selanjutnya berasal dari kepincangan peredaran uang.

Miskin financial secara kesadaran bisa disebabkan beberapa persoalan internal. Pertama kekurangan pengetahuan tentang manajemen keuangan. Kedua, ketidakmampuan untuk beraktifitas melalui kerja keras dan cerdas. Ketiga, keenganan untuk melakukan perubahan cara dan pola berfikir dalam berusaha.

Kamis, 08 Desember 2011

Dampak Negatif Televisi



Dikutip dari laman DailyMail, sebuah penelitian dilakukan terhadap 6.000 orang, termasuk 3.000 orangtua di Inggris, memberikan gambaran dampak negatif televisi bagi anak.

Satu dari enam orangtua berpendapat, terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar merupakan penyumbang utama terhadap masalah komunikasi. Di Inggris, masalah ini mengganggu perkembangan komunikasi pada sedikitnya satu juta anak.

Sebanyak 51 persen responden berpikir bahwa anak-anak yang terlalu sering menyaksikan acara televisi akan mengalami hambatan komunikasi dengan orangtuanya. Bahkan, juga bisa membuat anak yang baru belajar bicara mengalami kesulitan memahami bahasa.

Sementara 16 persen orang dewasa dan 17 persen orangtua juga meyakini bahwa menghabiskan waktu terlalu banyak di depan televisi menjadi penyebab utama kesulitan berbicara, berbahasa, dan menghambat kebutuhan komunikasi.

Jumat, 02 Desember 2011

Pekerja Rendahan Menjadi Direktur Perusahaan Minyak Kelas Dunia

Oleh : Drs. Rachmat



Nasib seorang manusia tidak bisa ditebak. Ada yang bernasib buruk adapula yang bernasib baik.
Begitupun jalan hidup seseorang, ada yang melewatinya dengan penuh liku, hinaan & cercaan, bahkan ada yang mulus tanpa hambatan hingga dia selamat sampai tujuan.

Kita kerapkali disajikan dengan kisah-kisah inspiratif tentang perjalanan orang-orang sukses yang berhasil menempuh perjalanan panjang dan berlubang, hingga dia sampai pada posisi mereka sekarang. Harta yang melimpah, dihormati banyak orang lengkap dengan simbol kesuksesan yang berhasil diraihnya. Seperti cerita yang akan disajikan berikut ini.

Senin, 28 November 2011

SEMANGAT BUDAYA DAN SOSIAL (2)

Sebuah citarasa sosial untuk penggerak masyarakat

Oleh : Phil Bartle, PhD
Diterjemahkan oleh Ahmad Yunus Aws



7. Dimensi dari budaya
Seluruh budaya (atau organisasi sosial) memiliki beberapa dimensi. Seperti dimensi fisik dari panjang, lebar, tinggi dan waktu, dimensi budaya mungkin beragam, tapi dari pengertian semua sama. Disarankan disini bahwa ada enam dimensi budaya atau sosial. Hal ini berlaku untuk setiap sistem dar ipembelajaran nilai dan perilaku.
Berbagai dimensi dari budaya adalah: teknologi, ekonomi, politik, institutional (sosial), nilai-estetika, dan konsep kepercayaan.
Kamu tidak bisa "melihat" sebuah dimensi budaya atau sosial, sama seperti kamu melihat seseorang. Setiap individu memiliki ke enam dimensi dari budaya tersebut
Untuk menjadi peka akan budaya, seorang pember semangat haruslah dapat menganalisa ke enam dari dimensi budaya tersebut, dan hubungan antaranya, walaupun hanya dapat dinilai per individu, bukan berdasarkan dimenis tersebut.

SEMANGAT BUDAYA DAN SOSIAL

Sebuah citarasa sosial untuk penggerak masyarakat

Oleh : Phil Bartle, PhD
Diterjemahkan oleh Ahmad Yunus Aws


1. Semangat membentuk perubahan budaya
Sebuah tempat tinggal manusia bukanlah hanya merupakan kumpulan dari rumah-rumah. Hal itu merupakan bagian dari manusia (sosial dan budaya). (Rumah, yang merupakan bagian hasil dari budaya kemanusiaan, merupakan salah satu dari enam dimensi sosial atau budaya,dimensi teknologi, yang akan dijelaskan dibawah ini).
Semangat sosial ( membentuk partisipasi komunitas dan kemandirian) memacu dan mengatur sebuah komunitas. Hal ini berarti bahwa organisasi sosial dari sebuah komunitas telah berubah, walaupun hanya sedikit. seorang penyemangat, oleh karena itu, merupakan agen perubah sosial atau katalisator.

Minggu, 20 November 2011

Mengenal Indikator Masalah Kesejahteraan Sosial

Oleh : Ichwan Muis



Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena sesuatu hambatan, kesulitan atau mengalami gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehinga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunasusilaan, keterbelakangan, keterasingan dan perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung, seperti terjadinya bencana.
Berikut ini beberapa jenis PPKS menurut Pusdatin Depsos RI (2002), yang terdiri atas:

1.    Balita Terlantar
Yaitu anak yang berusia 0-4 tahun yang karena sebab tertentu, orang tuanya tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa kemungkinan: miskin, salah seorang sakit, salah seorang / kedua-duanya meninggal), sehingga mengganggu kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangannya, baik secara jasmani, rohani maupun sosial.

Indikator :
a. Anak ( Laki-laki / perempuan ) usia 0-4 tahun.
b. Tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, atau balita yang tidak pernah mendapat “ASI”/susu pengganti atau balita yang tidak mendapatkan makanan bergizi ( 4 sehat 5 sempurna ) 2 kali dalam satu minggu atau balita yang tidak mempunyai sandang yang layak sesuai dengan kebutuhannya.
c. Yatim piatu atau tidak dipelihara, ditinggalkan oleh orang tuanya pada orang lain, ditempat umum, rumah sakit, dan di tempat umum lainnya.
d. Apabila sakit tidak mempunyai akses kesehatan modern ( di bawa ke puskesmas dan lain-lain ).

Senin, 14 November 2011

Perjuangan Hidup

http://www.andriewongso.com

Dikisahkan, ada seekor anjing yang masih muda dan terkenal dengan keangkuhannya. Dia merasa dirinya gagah, berani, gesit, dan cepat dalam berlari serta pandai dalam memburu mangsa sasarannya. 

Suatu siang yang terik, si anjing yang terbangun dari tidur nyenaknya memutuskan hari ini dia ingin berburu dan menyantap binatang kesukaannya yakni seekor kelinci putih yang masih muda. Hem...air liurnya segera menetes membayangkan nikmatnya daging hasil buruannya. Saat berlari-lari kecil untuk memulai hari perburuannya, tidak lama kemudian, dia melihat seekor tikus berlari melintas di depannya. Dengan iseng, dikejarnya si tikus, ditangkap dengan kuku kakinya yang tajam, tikus yang ketakutan dipermainkan dengan gembira dan setelah puas bermain, si tikus pun dilepas diiringi suara raungan si anjing untuk menakut-nakutinya.

Setelah melihat tikus yang lari ketakutan, ekor si anjing kembali melambai santai. Dia melanjutkan perjalannya sambil mewaspadai setiap gerakan di sekelilingnya, tekadnya kuat untuk mencari kelinci walaupun perutnya terasa makin melilit karena kelaparan. Setelah cukup lama waktu berlalu, akhirnya dia berhasil menemukan si kelinci dan segera terjadilah kejar kejaran yang seru di antara mereka. 

Minggu, 13 November 2011

Kita dan Pengendalian Emosi

Oleh: HENDRA SUGIANTORO

Siapa pun kita memiliki emosi. Bentuk emosi kita bermacam-macam, seperti senang, marah, benci, suka, cinta, dan sebagainya. Bahkan, emosi dalam diri kita tak bersifat tunggal, tetapi bisa merupakan kombinasi dari berbagai macam emosi. Sebut saja misalnya kita menyukai seseorang, lalu kita mencintainya. Kita juga bisa memiliki emosi marah sekaligus benci.
Pembahasan terkait emosi ini menarik, karena keseharian kita pada dasarnya tak terlepas dari aspek emosi. Sebagaimana kasus-kasus yang kerap diberitakan di media massa, aspek emosi pada seseorang begitu kentara. Sebut saja ada remaja putri yang mencintai lawan jenisnya, lalu orang yang dicintainya itu pergi begitu saja. Akibat kurang mampu mengendalikan emosi ke arah positif, remaja putri itu lantas menzalimi dirinya dengan tak sudi makan, bahkan ada yang sampai melakukan perbuatan bunuh diri. Kasus tawuran antar-siswa sekolah ataupun antar-warga kampung juga ada pelibatan aspek emosi di dalamnya. Ada pula orang yang sedih berlarut-larut dan merasa bosan menjalani hidup.
Dalam hal ini, ada yang perlu diluruskan terlebih dahulu. Kita kerapkali mengartikan emosi dengan marah. Jika ada orang yang marah, kita seketika mengatakan orang itu emosi. Padahal, marah hanya bagian dari bentuk emosi. Jika kita menyaksikan korban bencana alam lantas kita tergugah untuk memberikan bantuan, maka hal itu juga bagian dari emosi. Mohamad Surya (2003) menjelaskan bahwa emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap perilaku individu, yang berupa perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi situasi tertentu. Artinya, perilaku kita merupakan gambaran dari emosi yang ada pada diri kita.

Selasa, 08 November 2011

Kuli Bangunan Itu Kini Bersiap-siap Menjadi Seorang Sarjana

Oleh : Ahmad Mujiyarto



Alex (nama samaran),seorang pemuda kampung yang tirus,warna kulitnya lebih dekat kehitaman.Lulus dari satu sekolah dengan saya,meski dengan hasil yang sangat pas-pasan.Entah,sejak kapan dia nekat pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib,tapi yang saya tahu,saya baru bertemu dengannya ketika dia telah bekerja sebagai kuli bangunan,dekat dengan pabrik saya bekerja.

Wajahnya memang sangat mudah dikenali,meskipun sudah berpisah lebih dari dua tahun,saya tetap bisa mengenalinya,dengan tepat.Perawakannya yang tinggi,jalannya yang khas,dan wajah yang unik,meski lima tahun kedepan,saya pasti masih bisa mengenalinya.

Cerita-punya cerita dia sudah melanglang buana,hingga ke negeri seberang hanya sebagai kuli bangunan,dengan bayaran yang saya hitung-hitung sedikit lebih besar dari upah yang saya terima.Tapi siapa sangka di sela-sela aktivitasnya sebagai kuli bangunan,dia selalu menyisihkan uang untuk membeli Buku.

Senin, 07 November 2011

Operasi Katarak Gratis bagi Warga DIY


LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) Dompet Dhuafa melaksanakan Operasi Katarak Gratis. Pelaksanaan operasi tanggal 3 dan 10 Desember 2011 di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Syarat Peserta :
1.    Usia produktif 15 – 60 tahun
2.    Berdomisili di Propinsi DIY
3.    Tergolong dhuafa
4.    Diutamakan untuk tulang punggung keluarga
Syarat Administratif :
1.    Fotokopi KTP
2.    Fotokopi KK
3.    Fotokopi SKTM
4.    Fotokopi Jamkes (bila ada)
5.    Surat keterangan diagnosa dari Puskesmas
6.    Mengisi Formulir Pendaftaran
Peserta terbatas hanya 25 orang.
Pendaftaran dilakukan di Gerai Sehat LKC pada hari Senin sampai Jumat, jam 08.00 – 16.00 wib. Pendaftaran ditutup tanggal 18 November 2011. Informasi lebih lanjut hubungi Gerai Sehat LKC, Jl. Palagan Tentara Pelajar no. 84, Jongkang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman DIY, telp 0274-7004489. 

Kualitas Manusia Indonesia di Bawah Rata-Rata

Indonesia menempati peringkat 124 dari 187 negara, berdasarkan
Indeks Pembangunan Manusia


VIVAnews - Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa Bangsa (United Nation Development Program/UNDP) merilis Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) dari 182 negara, 2 November 2011. Indeks ini memperlihatkan kualitas manusia, berdasarkan kesehatan, pendidikan, dan pendapatan.
Dalam laporannya, UNDP menempatkan Norwegia, Australia dan Belanda berada di posisi tertinggi dalam HDI 2011. Sementara Kongo, Niger dan Burundi berada pada peringkat terbawah.
Dimana posisi Indonesia? Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berada pada angka 0.617 dan menempatkan pada peringkat 124 dari 187 negara. Sedangkan HDI Asia Timur dan Pasifik sebagai peringkat regional meningkat dari 0.428 di 1980 menjadi 0.671 saat ini, sehingga menempatkan Indonesia di bawah rata-rata regional.

Jumat, 04 November 2011

BAGAIMANA KITA BER-QURBAN ?


Salah satu ibadah yang harus dilaksanakan oleh kaum muslimin yang memiliki kemampuan dari segi harta pada hari raya Idul Adha adalah menyembelih hewan qurban, baik berupa kambing, sapi, kerbau maupun unta. Qurban berasal dari kata qoruba yang artinya dekat. Dengan demikian, ibadah qurban merupakan salah satu bentuk dari pendidikan dan realisasi taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).

Keharusan seorang muslim untuk berqurban dengan menyembelih hewan qurban merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya sebagaimana dalam firman Allah:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah“ (QS Al Kautsar:1-2).

Sementara, dalam suatu hadits, Rasulullah Saw bersabda:

“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan tapi tidak berqurban, maka janganlah ia menghampiri tempat shalat kami“ (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

Kualitas Manusia Indonesia Melorot

Oleh : M Ikhsan Shiddieqy


Kualitas manusia Indonesia masih belum cukup membanggakan, bahkan di tingkat Asia Pasifik. Hal itu terlihat dalam laporan United Nation Development Program (UNDP) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di berbagai negara yang dipublikasikan awal November ini.

Indeks itu menunjukkan kualitas manusia yang dinilai berdasar pendidikan, kesehatan, dan pendapatan. IPM Indonesia pada 2011 ini adalah 0,617 atau sedikit naik dari IPM 2010 yaitu 0,6. Namun dari segi peringkat, kualitas hidup manusia Indonesia kini berada di posisi ke-124 dari 187 negara, melorot jauh dari urutan ke-108 pada tahun lalu.

IPM Indonesia itu masih di bawah IPM negara-negara Asia Timur dan Pasifik yang berada di angka 0,671. Meski perbedaannya tipis, hal itu tetap menunjukkan IPM Indonesia masih rendah dibanding rata-rata negara di kawasan. Bahkan di Asia Tenggara, Indonesia hanya unggul dari negara-negara seperti Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Laos.

Senin, 31 Oktober 2011

Jaminan Sosial, Hak Untuk Siapa?

Oleh : Risfaisal




Tujuan dibentuknya suatu negara menurut seorang filsuf Yunani Aristoteles tidak lain bahwa untuk mensejahterakan seluruh warga negara, bukan individu individu tertentu. Dengan kesejahteraan seluruh masyarakat maka kesejahteraan individu akan tercapai dengan sendirinya.

Menilik kembali era kepemimpinan SBY-Boediono yang selama berjalan tentunya menimbulkan suatu tanda tanya. Diantaranya bagaimana efektifitas kinerja yang telah dilakukan oleh pemerintah saat ini, terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan dan pemberian hak jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana amanat UUD 1945.

Ribuan buruh Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) dan berbagai LSM yang ada menuntut agar mengesahkan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS. Tepat dimalam hari, akhirnya DPR mengesahkan RUU BPJS menjadi Undang-undang dan setidaknya menjadi tumpuan harapan agar menjadi dasar perbaikan pelayanan jaminan sosial di tanah air ( tempointeraktif.com 28/10/11).

Minggu, 30 Oktober 2011

Zhang Da, Kisah Seorang Anak Teladan dari Negeri China


Seorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan “Perbuatan Luar Biasa”. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk China. Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.

Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. 

Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.

Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.

Kamis, 27 Oktober 2011

Anak Jalanan Hidup dalam Dilema


Oleh : Eliza Whendyana


Di jalan saat melakukan aktifitas sehari-hari, kita selalu disuguhi oleh pemandangan pengemis maupun pengamen. Sering kita melihat mereka yang mempunyai anak malah membawa anak-anaknya ikut mengemis, sedangkan ibunya hanya diam dan menutupi wajahnya dengan sarung. Ironisnya bahkan diantara mereka ada yang menggendong bayi agar kita semakin iba melihatnya.

Dinas sosial (Dinsos) provinsi DKI Jakarta menyatakan di tahun 2010 ada 4.023 anak jalanan yang berkeliaran di ruas jalan ibukota Jakarta , dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2011. Banyak faktor yang menjadikan mereka sebagai pekerja jalanan yang keras dan beresiko, seperti membantu ekonomi keluarga, menjadi korban penculikan, dipaksa bekerja orang lain, dan lain sebagainya. Ada yang bekerja sebagai pengamen, penjual koran, tukang sapu di kereta atau bahkan hanya meminta-minta. Bisa dilihat sepanjang jalan Fatmawati-Cilandak Jakarta Selatan mereka memanfaatkan lampu merah sebagai tempat mencari nafkah dan terowongan sebagai tempat istirahat maupun bermain untuk balita dan remaja tanggung.

Senin, 24 Oktober 2011

Pengayuh Becak Lahirkan Seorang Dokter





Rumah berdinding kayu berwarna oranye itu tidak berbeda dengan rumah di sebelahnya. Kayu sebagai penyangga rumahnya. Sebagian dinding rumahnya terbuat dari anyaman bambu. Lokasinya berada di pinggir Kali Code daerah Terban Yogyakarta. Saat Gunung Merapi meletus warga di sekitarnya bersiap-siap mengungsi menghindari luapan lahar dingin.

Saat saya mengetuk pintu rumah itu, nampak pria tua menyambut dengan ramah. Memasuki rumahnya, saya harus agak membungkuk karena pintu rumahnya yang cukup pendek.

Rumah itu berlantai semen, sebelah ruang tamu terdapat kamar tidur serta televisi berwarna 14 inc yang sudah tua. Hanya beberapa lampu yang terpasang di rumahnya. Dari rumah yang sederhana ini lahirlah seorang dokter lulusan UGM bernama Agung Bhaktiyar dengan IPK 3,51.

Pria tua yang menyambut saya bernama Pak Suyatno (63), sehari-hari bekerja mengayuh becak dan mencari penumpang di sekitar Hotel Santika Yogyakarta.

Minggu, 23 Oktober 2011

17,4 Juta Orang Indonesia Alami Stres dan Depresi

Oleh : Atep Afia Hidayat 

Saat berlangsung seminar dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Rabu, 28 September 2011 yang lalu, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Supriyantoro (dalam Kompas, 29 September 2011) , menyatakan, bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati (dalam Kompas.com, 10 Oktober 2011), menyatakan bahwa jumlah penderita gangguan jiwa ringan hingga triwulan kedua tahun 2011 mencapai 306.621 orang, naik dari 159.029 orang pada tahun 2010. Secara keseluruhan, jumlah penderita gangguan jiwa di Jakarta mencapai angka 14,1 persen dari jumlah penduduk. Jumlah itu di atas angka nasional sebesar 11,6 persen.
Angka tersebut diperoleh dari survei kesehatan daerah tentang gangguan jiwa mental dan emosional oleh Kementerian Kesehatan. Kondisi tersebut tentu saja sangat memprihatinkan. Penderita gangguan kesehatan jiwa kurang bisa menjalani kehidupan dengan produktif dan proaktif, sebab kesehariannya cenderung banyak bermasalah dengan dirinya sendiri.

Menciptakan Lingkungan Sehat


sumber - indonews.org

Data baru yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa 13 juta kematian di seluruh dunia dapat dicegah setiap tahunnya dengan menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Di beberapa negara, lebih dari sepertiga beban penyakit dapat dicegah melalui peningkatan kualitas lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak termasuk manusia lainnya. Serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut.

Lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan dan terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong.

Rabu, 19 Oktober 2011

Asah Empati Pertajam Jiwa Sosial

okezone.com

MEMAHAMI kondisi orang lain akan mempertajam kecerdasan sosial seseorang. Bagaimana sikap empati ini ditanamkan kepada anak-anak secara dini? Empati merupakan sikap atau perilaku memahami suatu permasalahan dari sudut pandang atau perasaan lawan bicara.

Egois, cuek, dan tidak peduli merupakan representasi dari ketiadaan empati. Hal ini sering kali menjadi penyulut konflik. Mengapa ada orangtua memilih tempat perayaan ulang tahun anaknya di panti asuhan? Mengapa anak sesekali perlu diajak melongok anak-anak jalanan seusianya yang tinggal di kolong jembatan? Tentu agar dia melihat potret kehidupan orang lain, serta belajar untuk peduli dan memahami bahwa banyak anak-anak yang tidak seberuntung dirinya.

Pada akhirnya kegiatan tersebut dapat memunculkan sikap dan perasaan empati. "Pola asuh empati (parental empathy) berperan penting dalam perkembangan kesehatan psikologis. Kurangnya empati dapat meningkatkan risiko gangguan kepribadian, sikap depresi, dan menyakiti diri sendiri," ujar Stephen Montana PhD, Direktur Pelayanan Klinis di Saint Luke Institute New Hampshire USA. Pada dasarnya setiap manusia dibekali sifat welas asih untuk saling membantu dan menyayangi antarsesama manusia, sesama makhluk hidup dan lingkungannya.

Selasa, 18 Oktober 2011

Ciri-Ciri Lingkungan Sehat dan Lingkungan Tidak Sehat

oleh - crayonpedia




Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat membutuhkan udara untuk bernapas. Udara yang dihirup mengandung oksigen. Udara yang kita perlukan untuk bernapas adalah udara yang bersih. Udara yang bersih banyak mengandung oksigen. Selain udara, manusia membutuhkan air untuk mandi, minum, dan memasak. Kamu memeroleh udara dan air dari lingkungan sekitarmu. Oleh karena itu, kamu harus selalu menjaga lingkungan sekitarmu agar kamu mendapat air dan udara yang bersih dan segar.

1. Lingkungan Sehat

Pernahkah kamu berjalan-jalan bersama ayah dan ibumu ke luar kota yang jauh dari keramaian? Kamu akan merasakan udara di sekitar tempat itu sangat segar dan bersih. Udara yang bersih itu banyak mengandung oksigen yang baik bagi tubuh kita. Udara yang bersih dapat kamu peroleh di rumah. Ketika bangun pagi, hiruplah udara di halaman rumahmu, kemudian rasakan udara yang masuk ke dalam paru-parumu. Terasa nyaman dan segar, bukan?

Jumat, 14 Oktober 2011

Sekilas Mengenal Kesehatan Sosial


 Sehat menurut WHO adalah  segala bentuk kesehatan badan, rohani/mental dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan-kelemahan. Sedangkan sehat menurut UU No. 23/1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kesehatan jiwa, seperti yang diatur dalam lembaran Negara RI No. 2805 yaitu suatu keadaan/kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan emosional dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan perkembangan orang lain. Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu serta mengembangkan norma-norma yang harus dipatuhi oleh para anggotanya.
Kesehatan sosial memiliki makna peri kehidupan dalam masyarakat, dimana perikehidupan ini harus sedemikian rupa sehingga setiap orang cukup kemampuan untuk memelihara dan mewujudkan kehidupan sendiri maupun kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkan ia dapat menikmati hiburan.

Rabu, 12 Oktober 2011

Peduli Sesama

Oleh Sholehudin A Aziz

Sebuah kisah disampaikan Abu Khubaisy kepada murid-muridnya. Suatu hari Abdullah bin Umar, khalifah yang terkenal sebagai pembangun Bait al Maqdis, terserang penyakit. Para asistennya sangat mengkhawatirkan umur khalifah karena penyakitnya itu. Ternyata, Allah SWT belum berkenan memanggil Abdullah ke haribaan-Nya. Khalifah berangsur-angsur pulih.

Setelah kondisi kesehatannya membaik, sang khalifah berkeinginan untuk menyantap ikan panggang. Mendengar keinginan itu, para pembantunya langsung mencari ikan dan memanggangnya. Hidangan ikan panggang yang aromanya begitu memikat meningkatkan selera makan khalifah. Ia ingin segera menyantapnya.

Pada saat khalifah akan memulai makan, tiba-tiba muncul seorang musafir yang tampak sangat kelaparan. Serta-merta, Khalifah Abdullah bin Umar menyuruh pembantunya segera mengangkat hidangan yang ada di hadapannya dan memberikannya kepada si musafir. Perintah itu membuat para pembantunya protes sebab merasa jerih payahnya tak dinikmati khalifah.

Senin, 10 Oktober 2011

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri


Oleh : Tama Tamba



Masalah kemiskinan di Indonesia semakin menyulitkan kondisi hidup masyarakat. Berdampak ke segala aspek kehidupan manusia, dan kemiskinan itu telah mempersempit kesempatan masyarakat kurang mampu atau miskin untuk mendapatkan akses pelayanan dasar manusia, seperti kebutuhan sandang, pangan, sanitasi dan air bersih, pendidikan serta layanan kesehatan.

Penanganan kemiskinan sebenarnya telah ada sejak masa pemerintahan orde baru, saat itu ada program kegiatan ABRI Masuk Desa (AMD), Inpres Desa Tertinggal (IDT). Dari masa ke masa penanganan masalah kemiskinan tersebut sepertinya tidak berhasil dalam menangani masalah kemiskinan, bukti realitanya jumlah masyarakat miskin dari tahun ke tahun, dari masa ke masa semakin bertambah. Berbagai program penanggulangan kemiskinan saat itu tidak bersifat berkelanjutan dan dilaksanakan secara parsial.

Partisipasi dari masyarakat dalam program penanggulangan kemiskinan yang dicanangkan oleh pemerintahan ternyata sangat minim, masyarakat baik itu secara individu maupun kelompok berperan sebagai objek bukan sebagai subjek. Untuk itulah masyarakat semakin tidak berdaya dalam menjalani kehidupannya, posisi mereka semakin terjepit, terintimidasi oleh suatu realita hidup yang mengharuskan mereka berfikir keras bagaimana caranya mendapatkan modal (uang) untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup mereka.

Kamis, 06 Oktober 2011

Kecerdasan Sosial

Oleh : Rizqa Derfiora

Sepuluh tahun yang lalu dipenghujung Desember tahun 1999 saya kebetulan pernah menulis sebuah artikel disitus berpolitik.com yang mengilustrasikan realita lalu lintas di ibukota sebagai cerminan realita masyarakat Indonesia umumnya termasuk didalamnya realita politik dan hukum.

Walaupun lalu lintas kita telah dilengkapi dengan rambu-rambu, sistem lampu merah dan pembatas jalan yang jelas, namun keberadaan infrastruktur ini belum mampu menjadikan lalu lintas teratur di sata-saat kritis. Ketika lalu lintas menjadi ramai dan macet, maka rambu-rambu itu tidak segan-segan dilanggar, lampu merah sering diacuhkan, setiap pengemudi menanti kesempatan menyalip merubah jalur, batas jalan untuk dua jalur bisa tersihir menjadi empat jalur dan hampir di setiap persimpangan jalan yang macet atau jalan putar balik tiba-tiba diramaikan para „polisi” cepek. Itulah realitas lalu lintas ibukota.

Senin, 03 Oktober 2011

Mantan Tukang Becak yang Ulet dan Tekun



Sosoknya begitu sederhana, penampilannya santai, kulitnya coklat tua dan rambutnya sudah beruban itulah Victory (74). Seorang kakek penjual batu akik di sepanjang jalan P. Senopati Yogyakarta yang mungkin sekilas tak akan tampak istimewa bagi anda, apalagi ditengah kilauan batu akik yang ia jual. Namun di balik kesederhanaannya itu, laki-laki kelahiran 1937 tersebut ternyata adalah seorang yang sangat ulet dan tekun.

Kakek Victory adalah seorang perantauan asal Madura. Sebelum berjualan batu akik, ia dulu bekerja sebagai tukang becak dan petani. Dua profesi itu ia tekuni sekaligus untuk menyambung hidup. “siang bertani, dan malam ngebecak. Yang penting bisa menyekolahkan anak” ujarnya diiringi senyum santai.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Anak 6 Tahun, Memulung Demi Menghidupi Ayahnya yang Lumpuh


forumkompas.com

Satu lagi sebuah kisah yang sangat mengharukan dari Negeri Tirai Bambu, seorang anak kecil di Dajiyuan, menghidupi ayahnya yang lumpuh dengan menjadi seorang pemulung. Karena ayahnya lumpuh bertahun-tahun, anak yang baru berumur 6 tahun ini terpaksa memikul tanggung jawab rumah tangga.

Selain setiap hari mencuci muka ayahnya, memijat dan memberi makan, dia masih bersama ibunya mengambil botol air mineral bekas sebagai tambahan pendapatan keluarga. Cerita Tse Tse ini banyak menyentuh hati teman di internet, hanya beberapa jam, sudah puluhan ribu orang yang mengkliknya.

Kamis, 29 September 2011

Menguatkan Ketahanan Sosial Bangsa dengan Tradisi Implengan

Oleh : Cahyadi Takariawan



Tadi malam (Minggu, 25 September 2011) kelompok ronda saya kebagian jatah jaga malam. Di kampung kami, Mertosanan Kulon, desa Potorono, kecamatan Banguntapan, kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, ronda dilakukan di rumah-rumah penduduk. Bergantian, sehingga semua rumah warga kebagian jatah ketempatan ronda. Saya menjadi tuan rumah ronda tadi malam.
Satu kelompok ronda rata-rata terdiri dari 12 warga, yang mendapat jatah jaga keamanan kampung sepekan sekali. Kelompok saya mendapat jatah Minggu malam, atau kalau dalam tradisi kampung kami menyebutnya dengan “malam Senin”. Lebih khas lagi, di kampung saya tidak menggunakan istilah ronda, namun “implengan”. Kami menyebut, tadi malam itu adalah jatah implengan malam Senin.
Terus terang saya sendiri tidak tahu maksud kata “implengan”. Tadi malam, sempat saya tanyakan kepada beberapa warga senior yang menjadi anggota implengan malam Senin. Yang saya heran, ternyata mereka juga tidak bisa memberikan penjelasan mengenai makna kata implengan.
“Begitulah kita menyebut ronda selama ini. Sudah dari dulu zaman bapak dan kakek kita, menggunakan istilah implengan. Maksudnya ya ronda ini”, kata pak Syaifudin, sesepuh kampung yang menjadi anggota implengan malam Senin.

Rabu, 28 September 2011

Wow, Ada Kampung Cyber di Yogyakarta..!

Oleh : Rona

Sekilas, kehidupan di kampung ini biasa saja. Namun, segera terlihat berbeda ketika kita mengintip ke gardu siskamling yang terletak di tengah kampung. Di kampung ini, kerumunan warga yang tengah beraktifitas di pos ronda, tidak mengisi kegiatannya dengan ngerumpi, tapi sedang berselancar di dunia maya. Bahkan, anak-anak juga asyik dengan laptop dan komputer yang tersedia di pos ronda. Ibu-ibu juga terlihat serius mencari ide untuk menghias tumpeng lewat internet, atau berbagai kebutuhan lainnya. Lain halnya dengan para bapak, mereka asyik belajar membuat blog.

Itulah aktifitas warga di Kampung Cyber setiap sore. Sejak gardu siskamling di kampung itu - atau biasa disebut 'Cangkruk' - terkoneksi jaringan internet sejak tahun 2009, warga bebas menggunakan sebuah komputer meja dan laptop dan mengakses internet dari hasil swadaya.
Adalah Heri Sutanto, seorang pekerja laboratorium di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, yang mulanya mencetuskan ide untuk mengenalkan teknologi informasi kepada warga yang sangat awam akan teknologi.

Selasa, 27 September 2011

Energi Sosial Budaya dan Lokalitas: Titik Fokus Konsep Pemberdayaan


Dalam masyarakat, ada yang dinamakan sebagai energi sosial budaya, atau lazim disebut sebagai energi sosial saja, yang merupakan suatu daya internal yang menunjukkan pada mekanisme dalam mengatasi masalahnya sendiri.


Uphoff (Sayogyo, 1994:154) memberikan batasan bahwa energi sosial tersebut bersumber pada tiga unsur, pertama, gagasan (ideas) yaitu buah pikiran progresif yang trampil dan dapat diterima bersama. Kedua, idaman (ideals) atau harapan bagi kepentingan bersama, yaitu wujud kesejahteraan bersama sebagai buah realisasi gagasan sebelumnya. Dalam hal ini berlaku suatu norma dasar “berbuatlah bagi orang lain sebagaimana orang lain berbuat bagimu”.


Ketiga, persaudaraan (friendship) yaitu wujud solidaritas dalam suatu satuan sosial sebagai daya utama dalam proses mencapai idaman yang telah dikukuhkan. Energi sosial ini terwujud dalam ragam kelembagaan lokal dalam masyarakat. Lembaga di sini dipahami sebagai ‘pola perilaku yang matang’ berupa aktivitas-aktivitas, baik yang terorganisasi maupun yang tidak.

Senin, 26 September 2011

Tanda-tanda Anak yang Akan Sukses dalam Kehidupannya

Oleh : Ali


Dalam beberapa buku yang mengupas soal personal development (pengembangan pribadi) berungkali diceritakan tentang percobaan “marshmallow”, suatu jenis permen yang popular di Negara-negara “barat”.

Percobaan dengan menggunakan permen ini dilakukan dengan beberapa anak kecil. Beberapa anak diminta berkumpul dalam suatu ruangan. Masing-masing anak akan diberi satu permen marshmallow. Kepada anak-anak tersebut dikatakan, mereka boleh langsung memakan permen tersebut. 

Jika mereka langsung makan, maka mereka tidak akan diberi lagi. Jika mereka sanggup menunggu satu menit tanpa memakan permen tersebut mereka akan diberi satu lagi. Jika mereka sanggup tidak memakan permennya selama 2 menit, mereka akan diberi satu lagi, demikian seterusnya.

Minggu, 25 September 2011

Kesejahteraan Petani Tak Kunjung Membaik

Oleh : Kadir Ruslan

Mungkin sedikit di antara kita yang tahu kalau Sabtu (24/9) bertepatan dengan Hari Tani. Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hari Tani selalu diwarnai unjuk rasa dari ribuan petani. Dan hari sabtu lalu yang terjadi pun demikian, ribuan petani kembali melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara yang dilanjutkan long march ke Bundaran Hotel Indonesia. Mengapa peringatan Hari Tani selalu diwarnai dengan unjuk rasa? 

Jawabannya adalah sederhana, hingga kini sebagian besar petani kita tetap miskin dan jauh dari sejahtera.

Selama satu dekade terakhir, tingkat kesejahteraan petani tak kunjung membaik. Petani kita yang sebagian besar adalah petani kecil dan buruh tani tetap miskin. Sektor pertanian−perdesaan tetap saja menjadi kantong kemiskinan. Sekitar 63,2 persen penduduk miskin Indonesia tinggal di perdesaan dan mudah untuk diduga kalau sebagain besar mereka adalah petani kecil dan buruh tani. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2011, hampir 60 persen penduduk miskin bekerja di sektor pertanian.

Dari Gubuk Berlantai Tanah, Menjadi Juara Astronomi



Gubuk itu sangat sederhana, berlantai tanah, di tengah tegalan Dusun Dualas, Pangongseyan, Sampang, Madura. Tidak akan ada yang menyangka jika gubuk itu dihuni seorang siswi yang baru-baru ini keluar sebagai juara nasional bidang astronomi dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2011 di Manado, Sulawesi Utara.

Kemiskinan justru membuat Siti Fatima terpacu untuk belajar dengan rajin. Kegigihannya tidak hanya dalam belajar. Untuk berangkat ke sekolah yang jauhnya delapan kilometer, siswi kelas tiga SMA Negeri 1 Sampang ini harus berjalan kaki satu kilometer dari rumahnya karena tidak bisa dilalui sepeda motor. Setelah itu baru diantar pamannya ke jalan raya untuk selanjutnya naik angkutan ke sekolah.

Jumat, 23 September 2011

Penelitian Menunjukkan Relawan Lebih Panjang Umur

 OLEH : NI KETUT SUSRINI  

Penelitian yang dilakukan oleh Sara Konrath bersama rekan-rekan dari University of Michigan menunjukkan bahwa orang-orang yang menolong dengan alasan yang berfokus pada orang lain, bisa hidup lebih lama dibanding orang-orang yang tidak suka menolong. Nah, kurang bukti apa lagi, bahwa menolong itu membahagiakan pelakunya, bukan hanya membahagiakan orang yang ditolong.

***********

Sebuah hasil studi menunjukkan bahwa orang-orang yang menolong dengan alasan yang berfokus pada orang lain, bisa hidup lebih lama dibanding orang-orang yang tidak suka menolong. Akan tetapi, jika kegiatan menolong dilakukan dengan fokus diri sendiri, "bonus" umur panjang tidak akan berlaku.

Penelitian yang dilakukan oleh Sara Konrath bersama rekan-rekannya dari University of Michigan mengambil sampel acak sebanyak 10.317 orang dari Wisconsin Longitudinal Study. Para partisipan merupakan lulusan SMA tahun 1957, pada tahun 2008 usia mereka sekitar 69 tahun, dan sekitar setengah dari mereka adalah perempuan.