Kamis, 29 September 2011

Menguatkan Ketahanan Sosial Bangsa dengan Tradisi Implengan

Oleh : Cahyadi Takariawan



Tadi malam (Minggu, 25 September 2011) kelompok ronda saya kebagian jatah jaga malam. Di kampung kami, Mertosanan Kulon, desa Potorono, kecamatan Banguntapan, kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, ronda dilakukan di rumah-rumah penduduk. Bergantian, sehingga semua rumah warga kebagian jatah ketempatan ronda. Saya menjadi tuan rumah ronda tadi malam.
Satu kelompok ronda rata-rata terdiri dari 12 warga, yang mendapat jatah jaga keamanan kampung sepekan sekali. Kelompok saya mendapat jatah Minggu malam, atau kalau dalam tradisi kampung kami menyebutnya dengan “malam Senin”. Lebih khas lagi, di kampung saya tidak menggunakan istilah ronda, namun “implengan”. Kami menyebut, tadi malam itu adalah jatah implengan malam Senin.
Terus terang saya sendiri tidak tahu maksud kata “implengan”. Tadi malam, sempat saya tanyakan kepada beberapa warga senior yang menjadi anggota implengan malam Senin. Yang saya heran, ternyata mereka juga tidak bisa memberikan penjelasan mengenai makna kata implengan.
“Begitulah kita menyebut ronda selama ini. Sudah dari dulu zaman bapak dan kakek kita, menggunakan istilah implengan. Maksudnya ya ronda ini”, kata pak Syaifudin, sesepuh kampung yang menjadi anggota implengan malam Senin.

Rabu, 28 September 2011

Wow, Ada Kampung Cyber di Yogyakarta..!

Oleh : Rona

Sekilas, kehidupan di kampung ini biasa saja. Namun, segera terlihat berbeda ketika kita mengintip ke gardu siskamling yang terletak di tengah kampung. Di kampung ini, kerumunan warga yang tengah beraktifitas di pos ronda, tidak mengisi kegiatannya dengan ngerumpi, tapi sedang berselancar di dunia maya. Bahkan, anak-anak juga asyik dengan laptop dan komputer yang tersedia di pos ronda. Ibu-ibu juga terlihat serius mencari ide untuk menghias tumpeng lewat internet, atau berbagai kebutuhan lainnya. Lain halnya dengan para bapak, mereka asyik belajar membuat blog.

Itulah aktifitas warga di Kampung Cyber setiap sore. Sejak gardu siskamling di kampung itu - atau biasa disebut 'Cangkruk' - terkoneksi jaringan internet sejak tahun 2009, warga bebas menggunakan sebuah komputer meja dan laptop dan mengakses internet dari hasil swadaya.
Adalah Heri Sutanto, seorang pekerja laboratorium di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, yang mulanya mencetuskan ide untuk mengenalkan teknologi informasi kepada warga yang sangat awam akan teknologi.

Selasa, 27 September 2011

Energi Sosial Budaya dan Lokalitas: Titik Fokus Konsep Pemberdayaan


Dalam masyarakat, ada yang dinamakan sebagai energi sosial budaya, atau lazim disebut sebagai energi sosial saja, yang merupakan suatu daya internal yang menunjukkan pada mekanisme dalam mengatasi masalahnya sendiri.


Uphoff (Sayogyo, 1994:154) memberikan batasan bahwa energi sosial tersebut bersumber pada tiga unsur, pertama, gagasan (ideas) yaitu buah pikiran progresif yang trampil dan dapat diterima bersama. Kedua, idaman (ideals) atau harapan bagi kepentingan bersama, yaitu wujud kesejahteraan bersama sebagai buah realisasi gagasan sebelumnya. Dalam hal ini berlaku suatu norma dasar “berbuatlah bagi orang lain sebagaimana orang lain berbuat bagimu”.


Ketiga, persaudaraan (friendship) yaitu wujud solidaritas dalam suatu satuan sosial sebagai daya utama dalam proses mencapai idaman yang telah dikukuhkan. Energi sosial ini terwujud dalam ragam kelembagaan lokal dalam masyarakat. Lembaga di sini dipahami sebagai ‘pola perilaku yang matang’ berupa aktivitas-aktivitas, baik yang terorganisasi maupun yang tidak.

Senin, 26 September 2011

Tanda-tanda Anak yang Akan Sukses dalam Kehidupannya

Oleh : Ali


Dalam beberapa buku yang mengupas soal personal development (pengembangan pribadi) berungkali diceritakan tentang percobaan “marshmallow”, suatu jenis permen yang popular di Negara-negara “barat”.

Percobaan dengan menggunakan permen ini dilakukan dengan beberapa anak kecil. Beberapa anak diminta berkumpul dalam suatu ruangan. Masing-masing anak akan diberi satu permen marshmallow. Kepada anak-anak tersebut dikatakan, mereka boleh langsung memakan permen tersebut. 

Jika mereka langsung makan, maka mereka tidak akan diberi lagi. Jika mereka sanggup menunggu satu menit tanpa memakan permen tersebut mereka akan diberi satu lagi. Jika mereka sanggup tidak memakan permennya selama 2 menit, mereka akan diberi satu lagi, demikian seterusnya.

Minggu, 25 September 2011

Kesejahteraan Petani Tak Kunjung Membaik

Oleh : Kadir Ruslan

Mungkin sedikit di antara kita yang tahu kalau Sabtu (24/9) bertepatan dengan Hari Tani. Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hari Tani selalu diwarnai unjuk rasa dari ribuan petani. Dan hari sabtu lalu yang terjadi pun demikian, ribuan petani kembali melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara yang dilanjutkan long march ke Bundaran Hotel Indonesia. Mengapa peringatan Hari Tani selalu diwarnai dengan unjuk rasa? 

Jawabannya adalah sederhana, hingga kini sebagian besar petani kita tetap miskin dan jauh dari sejahtera.

Selama satu dekade terakhir, tingkat kesejahteraan petani tak kunjung membaik. Petani kita yang sebagian besar adalah petani kecil dan buruh tani tetap miskin. Sektor pertanian−perdesaan tetap saja menjadi kantong kemiskinan. Sekitar 63,2 persen penduduk miskin Indonesia tinggal di perdesaan dan mudah untuk diduga kalau sebagain besar mereka adalah petani kecil dan buruh tani. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2011, hampir 60 persen penduduk miskin bekerja di sektor pertanian.

Dari Gubuk Berlantai Tanah, Menjadi Juara Astronomi



Gubuk itu sangat sederhana, berlantai tanah, di tengah tegalan Dusun Dualas, Pangongseyan, Sampang, Madura. Tidak akan ada yang menyangka jika gubuk itu dihuni seorang siswi yang baru-baru ini keluar sebagai juara nasional bidang astronomi dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2011 di Manado, Sulawesi Utara.

Kemiskinan justru membuat Siti Fatima terpacu untuk belajar dengan rajin. Kegigihannya tidak hanya dalam belajar. Untuk berangkat ke sekolah yang jauhnya delapan kilometer, siswi kelas tiga SMA Negeri 1 Sampang ini harus berjalan kaki satu kilometer dari rumahnya karena tidak bisa dilalui sepeda motor. Setelah itu baru diantar pamannya ke jalan raya untuk selanjutnya naik angkutan ke sekolah.

Jumat, 23 September 2011

Penelitian Menunjukkan Relawan Lebih Panjang Umur

 OLEH : NI KETUT SUSRINI  

Penelitian yang dilakukan oleh Sara Konrath bersama rekan-rekan dari University of Michigan menunjukkan bahwa orang-orang yang menolong dengan alasan yang berfokus pada orang lain, bisa hidup lebih lama dibanding orang-orang yang tidak suka menolong. Nah, kurang bukti apa lagi, bahwa menolong itu membahagiakan pelakunya, bukan hanya membahagiakan orang yang ditolong.

***********

Sebuah hasil studi menunjukkan bahwa orang-orang yang menolong dengan alasan yang berfokus pada orang lain, bisa hidup lebih lama dibanding orang-orang yang tidak suka menolong. Akan tetapi, jika kegiatan menolong dilakukan dengan fokus diri sendiri, "bonus" umur panjang tidak akan berlaku.

Penelitian yang dilakukan oleh Sara Konrath bersama rekan-rekannya dari University of Michigan mengambil sampel acak sebanyak 10.317 orang dari Wisconsin Longitudinal Study. Para partisipan merupakan lulusan SMA tahun 1957, pada tahun 2008 usia mereka sekitar 69 tahun, dan sekitar setengah dari mereka adalah perempuan.

Lebih Dari 12 Juta Anak Indonesia Putus Sekolah

Oleh : Robert Manurung


Tentu, kita semua sangat beruntung karena setidak-tidaknya telah menyelesaikan pendidikan SMA, bahkan sebagian besar di antara kita sudah bergelar sarjana. Bandingkanlah dengan nasib apes anak-anak di sekeliling kita; yang terpaksa putus sekolah karena orangtua tak mampu lagi membiayai; lalu menjalani hari-hari yang hampa dan menatap masa depan dengan rasa gamang.

Pernahkah Anda bayangkan bahwa jumlah anak putus sekolah di negeri tercinta ini ternyata sudah puluhan juta ? Menurut data resmi yang dihimpun dari 33 Kantor Komnas Perlindungan Anak (PA) di 33 provinsi, jumlah anak putus sekolah pada tahun 2007 sudah mencapai 11,7 juta jiwa. Jumlah itu pasti sudah bertambah lagi tahun ini, mengingat keadaan ekonomi nasional yang kian memburuk.

Kamis, 22 September 2011

Putus Sekolah, ABG Bunuh Diri


Kori Setiawan, (16 tahun), warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, pada Rabu (21/9) ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi. Kejadian ini diketahui oleh ayahnya, Darwis (55 tahun), ketika pergi ke kamar mandi setelah pergi mencari rumput. Dia melihat Kori dalam kondisi menggantung dengan seutas tali yang diikatkan di atap bambu kamar mandi. Kori bunuh diri karena diduga ketidakmampuannya melanjutkan sekolah setelah lulus dari SMP Negeri 2 Sumbang (Sumber: ringkasan berita Solopos, 22 September 2011).

Saya berkaca-kaca setelah membaca berita di atas. Sebegitukah kenekadan anak karena tidak dapat melanjutkan sekolah. Hanya karena ketidakmampuan orang tua untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, anak mesti mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Sebuah keputusan yang teramat sangat disesalkan.

Sebagai guru, saya selalu berusaha memotivasi anak-anak agar tidak berpuas diri dengan berijazah SD, SMP, atau SMA. Saya selalu mendorong anak-anak agar melanjutkan pendidikan. Investasi paling berharga dan paling bernilai adalah ilmu. Oleh karena itu, carilah ilmu meski kalian perlu bekerja membanting tulang. Begitulah kalimat-kalimat yang selalu dan sering saya sampaikan agar anak-anak tekun dan gemar belajar.

Rabu, 21 September 2011

Kita yang Membuat Jumlah Pengemis Berkembang Biak


“Jalan raya bukan tempat transaksi jual-beli, bukan tempat mencari nafkah. Kalau itu dilakukan, itu membahayakan keselamatan dirinya sendiri dan keselamatan orang lain,” kata seorang petugas negara yang berpuluh tahun mengurusi anak jalanan, pengemis, gelandangan, waria, psk jalanan, orang gila, pedagang asongan, joki, siapapun yang berkeliaran di jalan dengan tujuan mencari uang.

“Kalau kita semua kompak tidak membeli dan memberi di jalan, mereka akan malas turun ke jalan. Kalau kita rajin membeli dan memberi di jalan, mereka akan bersemangat turun ke jalan, semakin banyak jumlahnya, berkembang biak, beranak-pinak. Sama saja kita memelihara mereka di jalan, membuat mereka betah berlama-lama di jalan,” kata petugas negara itu lagi, mengingatkan.

“Memang yang kita berikan itu sedikit, lima ratus rupiah, seribu dua ribu rupiah saja, tapi kalau banyak yang memberi, bagi mereka itu akan menjadi banyak dan membuat mereka nyaman tinggal di jalan,” kata petugas negara itu lagi.

Selasa, 20 September 2011

PENDAMPINGAN SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN : KONSEPSI DAN STRATEGI (Bagian Ketiga)

Oleh : Edi Suharto, PhD
Dosen STKS, UNPAS dan UNLA Bandung, International Policy Analyst,
Centre for Policy Studies (CPS), Central European University, Hungary.



PENDAMPINGAN SOSIAL SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN

Bagi para pekerja sosial di lapangan, kegiatan pemberdayaan di atas dapat dilakukan melalui pendampingan sosial. Terdapat lima kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam melakukan pendampingan sosial:

1.    Motivasi.
Keluarga miskin dapat memahami nilai kebersamaan, interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Rumah tangga miskin perlu didorong untuk membentuk kelompok yang merupakan mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa atau kelurahannya. Kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri. 

PENDAMPINGAN SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN : KONSEPSI DAN STRATEGI (Bagian Kedua)

Oleh : Edi Suharto, PhD
Dosen STKS, UNPAS dan UNLA Bandung, International Policy Analyst,
Centre for Policy Studies (CPS), Central European University, Hungary.




DIMENSI DAN INDIKATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Salah satu pendekatan yang kini sering digunkan dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan mengangkat harkat martabat keluarga miskin adalah pemberdayaan masyarakat. Konsep ini menjadi sangat penting terutama karena memberikan perspektif positif terhadap orang miskin. Orang miskin tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan (misalnya, kurang makan, kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis) dan objek pasif penerima pelayanan belaka. Melainkan sebagai orang yang memiliki beragam kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan hidupnya. Konsep pemberdayaan memberi kerangka acuan mengenai matra kekuasaan (power) dan kemampuan (kapabilitas) yang melingkup aras sosial, ekonomi, budaya, politik dan kelembagaan.
            Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.

PENDAMPINGAN SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN : KONSEPSI DAN STRATEGI (Bagian Pertama)

Oleh : Edi Suharto, PhD
Dosen STKS, UNPAS dan UNLA Bandung, International Policy Analyst,
Centre for Policy Studies (CPS), Central European University, Hungary.



PENDAMPINGAN SOSIAL

Pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Dalam kenyataannya, seringkali proses ini tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak luar atau para pekerja sosial baik yang bekerja berdasarkan dorongan karitatif maupun perspektif profesional. Para pekerja sosial ini berperan sebagai pendamping sosial.
            Masyarakat miskin seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Pendamping sosial kemudian hadir sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi mereka.
Pendampingan sosial dengan demikian dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok miskin dan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti; (a) merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi, (b) memobilisasi sumber daya setempat (c) memecahkan masalah sosial, (d) menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan, dan (e) menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat.
            Pendampingan sosial sangat menentukan kerberhasilan program penanggulangan kemiskinan. Mengacu pada Ife (1995), peran pendamping umumnya mencakup tiga peran utama, yaitu: fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya.

Senin, 19 September 2011

Dengan Becak, Sekolahkan Anak Hingga Jadi Dokter



Seperti biasa, setiap pagi, Suyatno selalu mengayuh becaknya di antara keramaian jalan di Kota Yogyakarta. Profesi ini sudah ditekuni warga Terban, Yogyakarta, itu sejak 1975 silam untuk menyambung hidup sehari-hari. Sementara istri Suyatno, Saniyem, membantu menambah penghasilan keluarga dengan menjadi pemulung barang-barang bekas di rumah sakit.
Namun, Selasa (8/9) pagi, Suyatno tak mangkal di depan sebuah hotel untuk mencari penumpang seperti biasanya. Sebab, bapak empat anak ini mendapat undangan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menghadiri sebuah pertemuan dengan orangtua mahasiswa di kampus tersebut.
Dengan mengayuhkan becaknya, Suyatno datang ke kampus UGM. Kehadirannya langsung disambut pihak penyelenggara dengan memintanya duduk di kursi barisan depan. Dirinya diminta maju dan menceritakan pengalaman mengkuliahkan anaknya di UGM yang kini sudah menjadi dokter.

PBB: Buta Huruf Dapat Hancurkan Masyarakat


Buta huruf dapat menghancurkan usaha untuk memerangi sejumlah masalah sosial. Contohnya saja kemiskinan dan masalah kesehatan, serta mengancam kestabilan sosial.
Dalam pesan yang disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Ban Ki-Moon, pada Hari Melek Huruf Internasional, Kamis (8/9/2011), dia mengatakan bahwa kegiatan dengan tema Keaksaraan dan Perdamaian tersebut mengingatkan masyarakat bahwa sejumlah tugas penting, seperti mencegah kejahatan, meredakan ketegangan dan mengakhiri konflik, menuntut kemampuan membaca.
"Tebusannya sangat besar," kata Ban dalam pesan tersebut. "Buta huruf memperparah kemiskinan, masalah kesehatan dan perampasan peluang hidup. Itu juga melemahkan komunitas dan merusak proses demokrasi melalui tersisihnya dan tak disertakannya masyarakat. Semuanya itu dapat menghancurkan masyarakat," tambahnya.
"Meskipun ada kemajuan, buta huruf terus meresahkan jutaan orang, khususnya perempuan," kata Ban.
Ban menambahkan data jumlah penderita buta huruf di dunia pada 2009 menunjukkan sebanyak 793 juta penderita buta huruf dewasa adalah perempuan, sementara 67 juta lagi adalah anak usia sekolah dasar, dan 72 juta remaja. Dua per tiga dari jumlah orang yang buta huruf tersebut tidak memiliki kesempatan untuk mendapat pendidikan.
"Melek huruf dapat membuka kesempatan bagi setiap orang untuk berimajinasi dan menciptakan masa depan yang lebih cerah. Itu juga membuka jalan bagi keadilan, kesetaraan dan kemajuan yang lebih baik. Selain itu, melek huruf dapat memulihkan masyarakat, memajukan proses politik dan menyumbang kebaikan bersama," katanya.
Pada 17 November 1965, organisasi PBB untuk pendanaan anak-anak, UNICEF, mencanangkan 8 September sebagai Hari Melek Huruf Internasional, yang bertujuan untuk menjamin semua anak dapat membaca dan menulis.


Rabu, 14 September 2011

Konsep Pemberdayaan, Membantu Masyarakat Agar Bisa Menolong Diri Sendiri



Pemberdayaan dilahirkan dari bahasa Inggris, yakni empowerment, yang mempunyai makna dasar ‘pemberdayaan’, dimana ‘daya’ bermakna kekuatan (power). Bryant & White (1987) menyatakan pemberdayaan sebagai upaya menumbuhkan kekuasaan dan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat miskin. Cara dengan menciptakan mekanisme dari dalam (build-in) untuk meluruskan keputusan-keputusan alokasi yang adil, yakni dengan menjadikan rakyat mempunyai pengaruh.

Sementara Freire (Sutrisno, 1999) menyatakan empowerment bukan sekedar memberikan kesempatan rakyat menggunakan sumber daya dan biaya pembangunan saja, tetapi juga upaya untuk mendorong mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur yang opresif.

Konsep lain menyatakan bahwa pemberdayakan mempunyai dua makna, yakni mengembangkan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Makna lainnya adalah melindungi, membela dan berpihak kepada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan terjadinya eksploitasi terhadap yang lemah (Prijono dan Pranarka, 1996).

Senin, 12 September 2011

Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berkelanjutan



Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kadang-kadang sangat sulit dibedakan dengan penguatan masyarakat serta pembangunan masyarakat (community development). Karena prakteknya saling tumpang tindih, saling menggantikan dan mengacu pada suatu pengertian yang serupa.

Pendapat dari Cook (1994) menyatakan pembangunan masyarakat merupakan konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan masyarakat menuju kearah yang positif. Sedangkan Giarci (2001) memandang community development sebagai  suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan collective action dan networking yang dikembangkan masyarakat.

Minggu, 11 September 2011

Memberi = Menjemput Kesuksesan

Oleh : Fidia Larakinanti



Sebuah Cara Sederhana Bernama ‘Memberi’
Membicarakan tentang kesuksesan, Richard Carlson pernah melontarkan sebuah pernyataan menarik. Menurutnya, memberi adalah imbalan itu sendiri. Bila kita ingin lebih sukses, maka cara untuk meraih kesuksesan itu hanyalah dengan satu cara sederhana : “Memberi”.
Cara sederhana itu pula yang diwariskan sejak zaman Nabi Adam. Dahulu ketika Habil dan Qabil diperintahkan untuk memberikan yang terbaik dari hasil kerja keras mereka, hanya pemberian Habil yang diterima oleh Allah. Sebab diterimanya persembahan Habil adalah karena yang dipersembahkan Habil adalah yang terbaik, sehingga menghasilkan keridhoan Allah atas pemberiannya itu. Sebaliknya dengan apa yang dilakukan oleh Qabil.

KEPEDULIAN SOSIAL

Oleh : Eko Jalu Santoso


Sahabat yang baik, kepedulian sosial, terutama kepada orang-orang yang lemah secara ekonomi, saat ini terasa semakin banyak diabaikan. Orang-orang yang mampu banyak yang sibuk dengan kariernya, bisnisnya atau sibuk mementingkan kehidupannya sendiri, sehingga terlena dan akhirnya lalai dengan kepedulian sosialnya. Mereka mengabaikan dengan kondisi orang-orang yang lemah seperti ini.
Kondisi ini secara nyata semakin terlihat di kota-kota besar seperti Jakarta, dimana jurang pemisah antara si mampu dengan si lemah semakin lebar. Makin lebar dan dalam jurang menganga, keharmonisan hubungan sosial diantara kita bisa rusak dan hancur.
Kita perlu menyadari bahwa kehadiran kita di dunia ini mengemban amanah mulia. Selain diwajibkan mengabdi sebagai hamba dan melakukan ibadah ritual kepada Tuhan, juga mewajibkan setiap manusia juga mengurus masalah-masalah yang terkait dengan kehidupan sosial. Mampu menjaga keseimbangan dalam mengejar kehidupan professional, karier dan Bisnis untuk keberhasilan di dunia dengan tanpa mengabaikan kepeduliaan sosial kita. Dan, salah satu ajaran kepedulian sosial adalah memiliki sikap peduli dengan orang-orang yang secara ekonomi lemah dan perlu dibantu.

Sabtu, 10 September 2011

Kemiskinan dari Individu Menjadi Komunal

Oleh : Tama Tamba


Masalah Sosial hadir didalam sendi kehidupan masyarakat dikarenakan ketidakmampuan masing-masing individu dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud meliputi kebutuhan finansial dan kebutuhan sosial sebagai anggota masyarakat. Kebutuhan finansial meliputi hal pemenuhan kebutuhan pokok yang bersifat materi sedangkan kebutuhan sosial meliputi hal yang tidak bersifat materi. Masyarakat yang terdiri dari banyak individu, masing-masingnya memiliki hasrat untuk memenuhi semua kebutuhan itu.

Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan didasari atas nilai butuh dan hasrat ingin memuaskan. Untuk mewujudkan suatu tuntutan diri individu, masing-masingnya harus memiliki modal untuk mendapatkan atau merealisasikan suatu kebutuhan dan suatu hasrat. Apabila modal tidak mencukupi dan tidak memadai untuk mendukung individu memenuhi hasrat dan kebutuhannya, maka akan timbul suatu masalah bagi dirinya sendiri yakni individu gagal untuk merealisasikan keinginannya tersebut.

Masalah ketidakberdayaan seorang individu dalam memenuhi kebutuhannya telah melalui suatu proses yang tersistematis di dalam dirinya. Bagaimana seorang individu memiliki suatu keinginan, setelah itu ada usaha untuk mewujudkan keinginannya, ada pertentangan dalam diri antara hasrat keinginan, modal dan prioritas kebutuhan, hasil dari suatu pertentangan diri adalah mampu atau tidaknya individu untuk merealisasikan kebutuhannya.

Jumat, 09 September 2011

Kisah 3 Perempuan Pencari Kerja

 
            Pemerintahan Indonesia silih berganti, sejak zaman Bung Karno hingga pak SBY. Persoalan juga datang silih berganti, sesuai perkembangan zaman. Usaha Pemerintah untuk memajukan, memakmurkan, mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia juga sudah terus menerus dilakukan setiap periode pemerintahan.
            Namun ada persoalan yang terus menerus menggelayuti warga masyarakat, dan menjadi mimpi buruk para pemuda lulusan sekolah menengah, bahkan sarjana, pencari kerja. Ya, lapangan pekerjaan dan besaran penghasilan, merupakan persoalan yang tidak pernah terselesaikan di negeri kita ini.
            Sangat sedikit lapangan pekerjaan, dibanding dengan angkatan kerja setiap tahunnya. Kalaupun ada lapangan pekerjaan, sering besaran penghasilan tidak sebanding dengan yang diharapkan. Banyaknya pengangguran, bukan disebabkan karena masyarakat tidak mau bekerja. Salah satu sebabnya adalah karena pemerintah gagal menyediakan lapangan pekerjaan dengan penghasilan yang sesuai.
            Untuk itu, sudah menjadi kewajiban segenap komponen bangsa untuk ikut terlibat menyelesaikan persoalan pengangguran dan angkatan kerja yang terus membengkak di Indonesia. 

Selasa, 06 September 2011

Selamat Atas Pernikahan Mbak Anjar


Segenap pengurus Yayasan Harapan Umat (HarUm Foundation) mengucapkan selamat menempuh hidup baru, kepada mbak Anjar dan mas Eri yang telah melangsungkan pernikahan hari ini, Rabu 7 September 2011 di kampung Mertosanan Kulon, Potorono, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta.

Semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah dan rahmah. Aamiin.

Senin, 05 September 2011

Jangan Pensiun dari Kebaikan

Oleh : Cahyadi Takariawan


             Banyak orang yang memiliki cita-cita terlalu sederhana dalam hidup. Mereka ingin menyelesaikan kuliah, bekerja mapan, penghasilan tetap, dan akhirnya mendapatkan dana pensiun setiap bulan. Tentu saja keinginan tersebut sah saja, akan tetapi hendaknya anda tidak menjadikan pensiun sebagai bagian akhir dari sejarah hidup anda. Jangan anda tutup lembaran sejarah kehidupan anda dengan sebuah kegiatan sederhana: pensiun.
            Allah menyuruh kita untuk memiliki mental pejuang, yang tidak pernah pensiun dari medan perjuangan sampai kematian yang menghentikannya. Setiap pejuang selalu gagal menghentikan keinginannya yang tak pernah pudar untuk selalu berjuang. Ada etos yang menyala dalam hidup, untuk selalu berbuat kebajikan, dari setiap waktu yang dimiliki. Tak ada kamus pensiun dalam dunia perjuangan, sebab setiap usia memiliki perannya masing-masing.

Minggu, 04 September 2011

Mudik untuk Pemberdayaan Masyarakat



Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan bahwa salah satu definisi mudik adalah pulang ke kampung halaman. Namun saat ini kata mudik lebih banyak dipakai untuk kegiatan pulang kampung ketika menyambut perayaan hari raya Idul Fitri. Selain sebagai sarana mempererat silaturahmi, mudik juga ternyata menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar. 


Tahukah Anda bahwa dana yang berputar dalam kegiatan mudik tahun ini diperkirakan sebesar Rp. 11,2 triliun?


Kita asumsikan setiap pemudik tahun 2011 ini adalah pekerja dengan gaji yang dianggap sama sesuai dengan Upah Minimum Propinsi (UMP). Jika rata-rata UMP di Indonesia sebesar Rp. 910.000 dan setiap pemudik mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar 1 kali gaji, maka pemudik memiliki dana minimal sebesar gaji bulan Agustus 2011 ditambah dengan THR yaitu Rp. 1.820.000. Dengan asumsi 60 persen dana tersebut dipergunakan untuk keperluan pribadi pemudik, maka 40 persennya atau sebesar Rp. 728.000 yang kemudian dibawa mudik ke daerah asal masing-masing.


Sabtu, 03 September 2011

Kelaparan di Somalia Makin Meluas

Kita semua sangat prihatin dengan musibah kelaparan yang menimpa warga Somalia. Kini, kondisi mereka semakin parah dan mengenaskan, sebagaimana diberitakan Kompas berikut ini.

Kelaparan yang melanda daerah-daerah Somalia selatan kemungkinan akan meluas dalam beberapa hari ke depan, dengan situasi terus memburuk kendati ada usaha-usaha bantuan internasional, kata PBB. "Situasi di Somalia memburuk," kata Kantor PBB bagi Koordinasi Masalah Kemanusiaan (OCHA) dalam satu laporan yang disiarkan Jumat (2/9/2011) malam, yang menyatakan bahwa jumlah terbaru mereka yang kekurangan gizi akan segera diperoleh. 

"Satuan Analisis Keamanan Pangan dan Nutrisi (FSNAU) memperingatkan ... bahwa hampir seluruh daerah selatan bisa menghadapai kelaparan," kata laporan itu.     

Jumat, 02 September 2011

SELALU PEDULI DAN BERBAGI


Yayasan Harapan Umat (HarUm Foundation) ingin selalu melakukan yang terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Melalui berbagai kegiatan sosial, HarUm berusaha memberikan kontribusi semaksimal kemampuan yang dimiliki.

Menjelang Ramadhan 1432 H, HarUm memberikan santunan kepada warga tidak mampu, janda tua serta para lansia yang sangat memerlukan bantuan.

Di bulan Ramadhan 1432 H, HarUm berbagi dengan anak-anak yatim dan dhu'afa, bekerja sama dengan PKPU DIY.

Pada akhir Ramadhan 1432 H, HarUm membagikan parcel lebaran kepada beberapa kalangan warga masyarakat sebagai apresiasi atas keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan yang dikelola HarUm.

Di bulan Syawal ini, HarUm merencanakan meneruskan program Beasiswa kepada anak-anak yatim dan anak-anak dhuafa binaan HarUm.

Semoga langkah kami dimudahkan dan mendapatkan keberkahan dari Allah Ta'ala. Partisipasi anda selalu kami harapkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan yang kami lakukan.