Senin, 31 Oktober 2011

Jaminan Sosial, Hak Untuk Siapa?

Oleh : Risfaisal




Tujuan dibentuknya suatu negara menurut seorang filsuf Yunani Aristoteles tidak lain bahwa untuk mensejahterakan seluruh warga negara, bukan individu individu tertentu. Dengan kesejahteraan seluruh masyarakat maka kesejahteraan individu akan tercapai dengan sendirinya.

Menilik kembali era kepemimpinan SBY-Boediono yang selama berjalan tentunya menimbulkan suatu tanda tanya. Diantaranya bagaimana efektifitas kinerja yang telah dilakukan oleh pemerintah saat ini, terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan dan pemberian hak jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana amanat UUD 1945.

Ribuan buruh Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) dan berbagai LSM yang ada menuntut agar mengesahkan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS. Tepat dimalam hari, akhirnya DPR mengesahkan RUU BPJS menjadi Undang-undang dan setidaknya menjadi tumpuan harapan agar menjadi dasar perbaikan pelayanan jaminan sosial di tanah air ( tempointeraktif.com 28/10/11).

Minggu, 30 Oktober 2011

Zhang Da, Kisah Seorang Anak Teladan dari Negeri China


Seorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan “Perbuatan Luar Biasa”. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk China. Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.

Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. 

Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.

Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.

Kamis, 27 Oktober 2011

Anak Jalanan Hidup dalam Dilema


Oleh : Eliza Whendyana


Di jalan saat melakukan aktifitas sehari-hari, kita selalu disuguhi oleh pemandangan pengemis maupun pengamen. Sering kita melihat mereka yang mempunyai anak malah membawa anak-anaknya ikut mengemis, sedangkan ibunya hanya diam dan menutupi wajahnya dengan sarung. Ironisnya bahkan diantara mereka ada yang menggendong bayi agar kita semakin iba melihatnya.

Dinas sosial (Dinsos) provinsi DKI Jakarta menyatakan di tahun 2010 ada 4.023 anak jalanan yang berkeliaran di ruas jalan ibukota Jakarta , dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2011. Banyak faktor yang menjadikan mereka sebagai pekerja jalanan yang keras dan beresiko, seperti membantu ekonomi keluarga, menjadi korban penculikan, dipaksa bekerja orang lain, dan lain sebagainya. Ada yang bekerja sebagai pengamen, penjual koran, tukang sapu di kereta atau bahkan hanya meminta-minta. Bisa dilihat sepanjang jalan Fatmawati-Cilandak Jakarta Selatan mereka memanfaatkan lampu merah sebagai tempat mencari nafkah dan terowongan sebagai tempat istirahat maupun bermain untuk balita dan remaja tanggung.

Senin, 24 Oktober 2011

Pengayuh Becak Lahirkan Seorang Dokter





Rumah berdinding kayu berwarna oranye itu tidak berbeda dengan rumah di sebelahnya. Kayu sebagai penyangga rumahnya. Sebagian dinding rumahnya terbuat dari anyaman bambu. Lokasinya berada di pinggir Kali Code daerah Terban Yogyakarta. Saat Gunung Merapi meletus warga di sekitarnya bersiap-siap mengungsi menghindari luapan lahar dingin.

Saat saya mengetuk pintu rumah itu, nampak pria tua menyambut dengan ramah. Memasuki rumahnya, saya harus agak membungkuk karena pintu rumahnya yang cukup pendek.

Rumah itu berlantai semen, sebelah ruang tamu terdapat kamar tidur serta televisi berwarna 14 inc yang sudah tua. Hanya beberapa lampu yang terpasang di rumahnya. Dari rumah yang sederhana ini lahirlah seorang dokter lulusan UGM bernama Agung Bhaktiyar dengan IPK 3,51.

Pria tua yang menyambut saya bernama Pak Suyatno (63), sehari-hari bekerja mengayuh becak dan mencari penumpang di sekitar Hotel Santika Yogyakarta.

Minggu, 23 Oktober 2011

17,4 Juta Orang Indonesia Alami Stres dan Depresi

Oleh : Atep Afia Hidayat 

Saat berlangsung seminar dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Rabu, 28 September 2011 yang lalu, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Supriyantoro (dalam Kompas, 29 September 2011) , menyatakan, bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati (dalam Kompas.com, 10 Oktober 2011), menyatakan bahwa jumlah penderita gangguan jiwa ringan hingga triwulan kedua tahun 2011 mencapai 306.621 orang, naik dari 159.029 orang pada tahun 2010. Secara keseluruhan, jumlah penderita gangguan jiwa di Jakarta mencapai angka 14,1 persen dari jumlah penduduk. Jumlah itu di atas angka nasional sebesar 11,6 persen.
Angka tersebut diperoleh dari survei kesehatan daerah tentang gangguan jiwa mental dan emosional oleh Kementerian Kesehatan. Kondisi tersebut tentu saja sangat memprihatinkan. Penderita gangguan kesehatan jiwa kurang bisa menjalani kehidupan dengan produktif dan proaktif, sebab kesehariannya cenderung banyak bermasalah dengan dirinya sendiri.

Menciptakan Lingkungan Sehat


sumber - indonews.org

Data baru yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa 13 juta kematian di seluruh dunia dapat dicegah setiap tahunnya dengan menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Di beberapa negara, lebih dari sepertiga beban penyakit dapat dicegah melalui peningkatan kualitas lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak termasuk manusia lainnya. Serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut.

Lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan dan terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong.

Rabu, 19 Oktober 2011

Asah Empati Pertajam Jiwa Sosial

okezone.com

MEMAHAMI kondisi orang lain akan mempertajam kecerdasan sosial seseorang. Bagaimana sikap empati ini ditanamkan kepada anak-anak secara dini? Empati merupakan sikap atau perilaku memahami suatu permasalahan dari sudut pandang atau perasaan lawan bicara.

Egois, cuek, dan tidak peduli merupakan representasi dari ketiadaan empati. Hal ini sering kali menjadi penyulut konflik. Mengapa ada orangtua memilih tempat perayaan ulang tahun anaknya di panti asuhan? Mengapa anak sesekali perlu diajak melongok anak-anak jalanan seusianya yang tinggal di kolong jembatan? Tentu agar dia melihat potret kehidupan orang lain, serta belajar untuk peduli dan memahami bahwa banyak anak-anak yang tidak seberuntung dirinya.

Pada akhirnya kegiatan tersebut dapat memunculkan sikap dan perasaan empati. "Pola asuh empati (parental empathy) berperan penting dalam perkembangan kesehatan psikologis. Kurangnya empati dapat meningkatkan risiko gangguan kepribadian, sikap depresi, dan menyakiti diri sendiri," ujar Stephen Montana PhD, Direktur Pelayanan Klinis di Saint Luke Institute New Hampshire USA. Pada dasarnya setiap manusia dibekali sifat welas asih untuk saling membantu dan menyayangi antarsesama manusia, sesama makhluk hidup dan lingkungannya.

Selasa, 18 Oktober 2011

Ciri-Ciri Lingkungan Sehat dan Lingkungan Tidak Sehat

oleh - crayonpedia




Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat membutuhkan udara untuk bernapas. Udara yang dihirup mengandung oksigen. Udara yang kita perlukan untuk bernapas adalah udara yang bersih. Udara yang bersih banyak mengandung oksigen. Selain udara, manusia membutuhkan air untuk mandi, minum, dan memasak. Kamu memeroleh udara dan air dari lingkungan sekitarmu. Oleh karena itu, kamu harus selalu menjaga lingkungan sekitarmu agar kamu mendapat air dan udara yang bersih dan segar.

1. Lingkungan Sehat

Pernahkah kamu berjalan-jalan bersama ayah dan ibumu ke luar kota yang jauh dari keramaian? Kamu akan merasakan udara di sekitar tempat itu sangat segar dan bersih. Udara yang bersih itu banyak mengandung oksigen yang baik bagi tubuh kita. Udara yang bersih dapat kamu peroleh di rumah. Ketika bangun pagi, hiruplah udara di halaman rumahmu, kemudian rasakan udara yang masuk ke dalam paru-parumu. Terasa nyaman dan segar, bukan?

Jumat, 14 Oktober 2011

Sekilas Mengenal Kesehatan Sosial


 Sehat menurut WHO adalah  segala bentuk kesehatan badan, rohani/mental dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan-kelemahan. Sedangkan sehat menurut UU No. 23/1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kesehatan jiwa, seperti yang diatur dalam lembaran Negara RI No. 2805 yaitu suatu keadaan/kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan emosional dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan perkembangan orang lain. Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu serta mengembangkan norma-norma yang harus dipatuhi oleh para anggotanya.
Kesehatan sosial memiliki makna peri kehidupan dalam masyarakat, dimana perikehidupan ini harus sedemikian rupa sehingga setiap orang cukup kemampuan untuk memelihara dan mewujudkan kehidupan sendiri maupun kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkan ia dapat menikmati hiburan.

Rabu, 12 Oktober 2011

Peduli Sesama

Oleh Sholehudin A Aziz

Sebuah kisah disampaikan Abu Khubaisy kepada murid-muridnya. Suatu hari Abdullah bin Umar, khalifah yang terkenal sebagai pembangun Bait al Maqdis, terserang penyakit. Para asistennya sangat mengkhawatirkan umur khalifah karena penyakitnya itu. Ternyata, Allah SWT belum berkenan memanggil Abdullah ke haribaan-Nya. Khalifah berangsur-angsur pulih.

Setelah kondisi kesehatannya membaik, sang khalifah berkeinginan untuk menyantap ikan panggang. Mendengar keinginan itu, para pembantunya langsung mencari ikan dan memanggangnya. Hidangan ikan panggang yang aromanya begitu memikat meningkatkan selera makan khalifah. Ia ingin segera menyantapnya.

Pada saat khalifah akan memulai makan, tiba-tiba muncul seorang musafir yang tampak sangat kelaparan. Serta-merta, Khalifah Abdullah bin Umar menyuruh pembantunya segera mengangkat hidangan yang ada di hadapannya dan memberikannya kepada si musafir. Perintah itu membuat para pembantunya protes sebab merasa jerih payahnya tak dinikmati khalifah.

Senin, 10 Oktober 2011

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri


Oleh : Tama Tamba



Masalah kemiskinan di Indonesia semakin menyulitkan kondisi hidup masyarakat. Berdampak ke segala aspek kehidupan manusia, dan kemiskinan itu telah mempersempit kesempatan masyarakat kurang mampu atau miskin untuk mendapatkan akses pelayanan dasar manusia, seperti kebutuhan sandang, pangan, sanitasi dan air bersih, pendidikan serta layanan kesehatan.

Penanganan kemiskinan sebenarnya telah ada sejak masa pemerintahan orde baru, saat itu ada program kegiatan ABRI Masuk Desa (AMD), Inpres Desa Tertinggal (IDT). Dari masa ke masa penanganan masalah kemiskinan tersebut sepertinya tidak berhasil dalam menangani masalah kemiskinan, bukti realitanya jumlah masyarakat miskin dari tahun ke tahun, dari masa ke masa semakin bertambah. Berbagai program penanggulangan kemiskinan saat itu tidak bersifat berkelanjutan dan dilaksanakan secara parsial.

Partisipasi dari masyarakat dalam program penanggulangan kemiskinan yang dicanangkan oleh pemerintahan ternyata sangat minim, masyarakat baik itu secara individu maupun kelompok berperan sebagai objek bukan sebagai subjek. Untuk itulah masyarakat semakin tidak berdaya dalam menjalani kehidupannya, posisi mereka semakin terjepit, terintimidasi oleh suatu realita hidup yang mengharuskan mereka berfikir keras bagaimana caranya mendapatkan modal (uang) untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup mereka.

Kamis, 06 Oktober 2011

Kecerdasan Sosial

Oleh : Rizqa Derfiora

Sepuluh tahun yang lalu dipenghujung Desember tahun 1999 saya kebetulan pernah menulis sebuah artikel disitus berpolitik.com yang mengilustrasikan realita lalu lintas di ibukota sebagai cerminan realita masyarakat Indonesia umumnya termasuk didalamnya realita politik dan hukum.

Walaupun lalu lintas kita telah dilengkapi dengan rambu-rambu, sistem lampu merah dan pembatas jalan yang jelas, namun keberadaan infrastruktur ini belum mampu menjadikan lalu lintas teratur di sata-saat kritis. Ketika lalu lintas menjadi ramai dan macet, maka rambu-rambu itu tidak segan-segan dilanggar, lampu merah sering diacuhkan, setiap pengemudi menanti kesempatan menyalip merubah jalur, batas jalan untuk dua jalur bisa tersihir menjadi empat jalur dan hampir di setiap persimpangan jalan yang macet atau jalan putar balik tiba-tiba diramaikan para „polisi” cepek. Itulah realitas lalu lintas ibukota.

Senin, 03 Oktober 2011

Mantan Tukang Becak yang Ulet dan Tekun



Sosoknya begitu sederhana, penampilannya santai, kulitnya coklat tua dan rambutnya sudah beruban itulah Victory (74). Seorang kakek penjual batu akik di sepanjang jalan P. Senopati Yogyakarta yang mungkin sekilas tak akan tampak istimewa bagi anda, apalagi ditengah kilauan batu akik yang ia jual. Namun di balik kesederhanaannya itu, laki-laki kelahiran 1937 tersebut ternyata adalah seorang yang sangat ulet dan tekun.

Kakek Victory adalah seorang perantauan asal Madura. Sebelum berjualan batu akik, ia dulu bekerja sebagai tukang becak dan petani. Dua profesi itu ia tekuni sekaligus untuk menyambung hidup. “siang bertani, dan malam ngebecak. Yang penting bisa menyekolahkan anak” ujarnya diiringi senyum santai.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Anak 6 Tahun, Memulung Demi Menghidupi Ayahnya yang Lumpuh


forumkompas.com

Satu lagi sebuah kisah yang sangat mengharukan dari Negeri Tirai Bambu, seorang anak kecil di Dajiyuan, menghidupi ayahnya yang lumpuh dengan menjadi seorang pemulung. Karena ayahnya lumpuh bertahun-tahun, anak yang baru berumur 6 tahun ini terpaksa memikul tanggung jawab rumah tangga.

Selain setiap hari mencuci muka ayahnya, memijat dan memberi makan, dia masih bersama ibunya mengambil botol air mineral bekas sebagai tambahan pendapatan keluarga. Cerita Tse Tse ini banyak menyentuh hati teman di internet, hanya beberapa jam, sudah puluhan ribu orang yang mengkliknya.