Senin, 28 November 2011

SEMANGAT BUDAYA DAN SOSIAL (2)

Sebuah citarasa sosial untuk penggerak masyarakat

Oleh : Phil Bartle, PhD
Diterjemahkan oleh Ahmad Yunus Aws



7. Dimensi dari budaya
Seluruh budaya (atau organisasi sosial) memiliki beberapa dimensi. Seperti dimensi fisik dari panjang, lebar, tinggi dan waktu, dimensi budaya mungkin beragam, tapi dari pengertian semua sama. Disarankan disini bahwa ada enam dimensi budaya atau sosial. Hal ini berlaku untuk setiap sistem dar ipembelajaran nilai dan perilaku.
Berbagai dimensi dari budaya adalah: teknologi, ekonomi, politik, institutional (sosial), nilai-estetika, dan konsep kepercayaan.
Kamu tidak bisa "melihat" sebuah dimensi budaya atau sosial, sama seperti kamu melihat seseorang. Setiap individu memiliki ke enam dimensi dari budaya tersebut
Untuk menjadi peka akan budaya, seorang pember semangat haruslah dapat menganalisa ke enam dari dimensi budaya tersebut, dan hubungan antaranya, walaupun hanya dapat dinilai per individu, bukan berdasarkan dimenis tersebut.

SEMANGAT BUDAYA DAN SOSIAL

Sebuah citarasa sosial untuk penggerak masyarakat

Oleh : Phil Bartle, PhD
Diterjemahkan oleh Ahmad Yunus Aws


1. Semangat membentuk perubahan budaya
Sebuah tempat tinggal manusia bukanlah hanya merupakan kumpulan dari rumah-rumah. Hal itu merupakan bagian dari manusia (sosial dan budaya). (Rumah, yang merupakan bagian hasil dari budaya kemanusiaan, merupakan salah satu dari enam dimensi sosial atau budaya,dimensi teknologi, yang akan dijelaskan dibawah ini).
Semangat sosial ( membentuk partisipasi komunitas dan kemandirian) memacu dan mengatur sebuah komunitas. Hal ini berarti bahwa organisasi sosial dari sebuah komunitas telah berubah, walaupun hanya sedikit. seorang penyemangat, oleh karena itu, merupakan agen perubah sosial atau katalisator.

Minggu, 20 November 2011

Mengenal Indikator Masalah Kesejahteraan Sosial

Oleh : Ichwan Muis



Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena sesuatu hambatan, kesulitan atau mengalami gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehinga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunasusilaan, keterbelakangan, keterasingan dan perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung, seperti terjadinya bencana.
Berikut ini beberapa jenis PPKS menurut Pusdatin Depsos RI (2002), yang terdiri atas:

1.    Balita Terlantar
Yaitu anak yang berusia 0-4 tahun yang karena sebab tertentu, orang tuanya tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa kemungkinan: miskin, salah seorang sakit, salah seorang / kedua-duanya meninggal), sehingga mengganggu kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangannya, baik secara jasmani, rohani maupun sosial.

Indikator :
a. Anak ( Laki-laki / perempuan ) usia 0-4 tahun.
b. Tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, atau balita yang tidak pernah mendapat “ASI”/susu pengganti atau balita yang tidak mendapatkan makanan bergizi ( 4 sehat 5 sempurna ) 2 kali dalam satu minggu atau balita yang tidak mempunyai sandang yang layak sesuai dengan kebutuhannya.
c. Yatim piatu atau tidak dipelihara, ditinggalkan oleh orang tuanya pada orang lain, ditempat umum, rumah sakit, dan di tempat umum lainnya.
d. Apabila sakit tidak mempunyai akses kesehatan modern ( di bawa ke puskesmas dan lain-lain ).

Senin, 14 November 2011

Perjuangan Hidup

http://www.andriewongso.com

Dikisahkan, ada seekor anjing yang masih muda dan terkenal dengan keangkuhannya. Dia merasa dirinya gagah, berani, gesit, dan cepat dalam berlari serta pandai dalam memburu mangsa sasarannya. 

Suatu siang yang terik, si anjing yang terbangun dari tidur nyenaknya memutuskan hari ini dia ingin berburu dan menyantap binatang kesukaannya yakni seekor kelinci putih yang masih muda. Hem...air liurnya segera menetes membayangkan nikmatnya daging hasil buruannya. Saat berlari-lari kecil untuk memulai hari perburuannya, tidak lama kemudian, dia melihat seekor tikus berlari melintas di depannya. Dengan iseng, dikejarnya si tikus, ditangkap dengan kuku kakinya yang tajam, tikus yang ketakutan dipermainkan dengan gembira dan setelah puas bermain, si tikus pun dilepas diiringi suara raungan si anjing untuk menakut-nakutinya.

Setelah melihat tikus yang lari ketakutan, ekor si anjing kembali melambai santai. Dia melanjutkan perjalannya sambil mewaspadai setiap gerakan di sekelilingnya, tekadnya kuat untuk mencari kelinci walaupun perutnya terasa makin melilit karena kelaparan. Setelah cukup lama waktu berlalu, akhirnya dia berhasil menemukan si kelinci dan segera terjadilah kejar kejaran yang seru di antara mereka. 

Minggu, 13 November 2011

Kita dan Pengendalian Emosi

Oleh: HENDRA SUGIANTORO

Siapa pun kita memiliki emosi. Bentuk emosi kita bermacam-macam, seperti senang, marah, benci, suka, cinta, dan sebagainya. Bahkan, emosi dalam diri kita tak bersifat tunggal, tetapi bisa merupakan kombinasi dari berbagai macam emosi. Sebut saja misalnya kita menyukai seseorang, lalu kita mencintainya. Kita juga bisa memiliki emosi marah sekaligus benci.
Pembahasan terkait emosi ini menarik, karena keseharian kita pada dasarnya tak terlepas dari aspek emosi. Sebagaimana kasus-kasus yang kerap diberitakan di media massa, aspek emosi pada seseorang begitu kentara. Sebut saja ada remaja putri yang mencintai lawan jenisnya, lalu orang yang dicintainya itu pergi begitu saja. Akibat kurang mampu mengendalikan emosi ke arah positif, remaja putri itu lantas menzalimi dirinya dengan tak sudi makan, bahkan ada yang sampai melakukan perbuatan bunuh diri. Kasus tawuran antar-siswa sekolah ataupun antar-warga kampung juga ada pelibatan aspek emosi di dalamnya. Ada pula orang yang sedih berlarut-larut dan merasa bosan menjalani hidup.
Dalam hal ini, ada yang perlu diluruskan terlebih dahulu. Kita kerapkali mengartikan emosi dengan marah. Jika ada orang yang marah, kita seketika mengatakan orang itu emosi. Padahal, marah hanya bagian dari bentuk emosi. Jika kita menyaksikan korban bencana alam lantas kita tergugah untuk memberikan bantuan, maka hal itu juga bagian dari emosi. Mohamad Surya (2003) menjelaskan bahwa emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap perilaku individu, yang berupa perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi situasi tertentu. Artinya, perilaku kita merupakan gambaran dari emosi yang ada pada diri kita.

Selasa, 08 November 2011

Kuli Bangunan Itu Kini Bersiap-siap Menjadi Seorang Sarjana

Oleh : Ahmad Mujiyarto



Alex (nama samaran),seorang pemuda kampung yang tirus,warna kulitnya lebih dekat kehitaman.Lulus dari satu sekolah dengan saya,meski dengan hasil yang sangat pas-pasan.Entah,sejak kapan dia nekat pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib,tapi yang saya tahu,saya baru bertemu dengannya ketika dia telah bekerja sebagai kuli bangunan,dekat dengan pabrik saya bekerja.

Wajahnya memang sangat mudah dikenali,meskipun sudah berpisah lebih dari dua tahun,saya tetap bisa mengenalinya,dengan tepat.Perawakannya yang tinggi,jalannya yang khas,dan wajah yang unik,meski lima tahun kedepan,saya pasti masih bisa mengenalinya.

Cerita-punya cerita dia sudah melanglang buana,hingga ke negeri seberang hanya sebagai kuli bangunan,dengan bayaran yang saya hitung-hitung sedikit lebih besar dari upah yang saya terima.Tapi siapa sangka di sela-sela aktivitasnya sebagai kuli bangunan,dia selalu menyisihkan uang untuk membeli Buku.

Senin, 07 November 2011

Operasi Katarak Gratis bagi Warga DIY


LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) Dompet Dhuafa melaksanakan Operasi Katarak Gratis. Pelaksanaan operasi tanggal 3 dan 10 Desember 2011 di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Syarat Peserta :
1.    Usia produktif 15 – 60 tahun
2.    Berdomisili di Propinsi DIY
3.    Tergolong dhuafa
4.    Diutamakan untuk tulang punggung keluarga
Syarat Administratif :
1.    Fotokopi KTP
2.    Fotokopi KK
3.    Fotokopi SKTM
4.    Fotokopi Jamkes (bila ada)
5.    Surat keterangan diagnosa dari Puskesmas
6.    Mengisi Formulir Pendaftaran
Peserta terbatas hanya 25 orang.
Pendaftaran dilakukan di Gerai Sehat LKC pada hari Senin sampai Jumat, jam 08.00 – 16.00 wib. Pendaftaran ditutup tanggal 18 November 2011. Informasi lebih lanjut hubungi Gerai Sehat LKC, Jl. Palagan Tentara Pelajar no. 84, Jongkang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman DIY, telp 0274-7004489. 

Kualitas Manusia Indonesia di Bawah Rata-Rata

Indonesia menempati peringkat 124 dari 187 negara, berdasarkan
Indeks Pembangunan Manusia


VIVAnews - Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa Bangsa (United Nation Development Program/UNDP) merilis Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) dari 182 negara, 2 November 2011. Indeks ini memperlihatkan kualitas manusia, berdasarkan kesehatan, pendidikan, dan pendapatan.
Dalam laporannya, UNDP menempatkan Norwegia, Australia dan Belanda berada di posisi tertinggi dalam HDI 2011. Sementara Kongo, Niger dan Burundi berada pada peringkat terbawah.
Dimana posisi Indonesia? Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berada pada angka 0.617 dan menempatkan pada peringkat 124 dari 187 negara. Sedangkan HDI Asia Timur dan Pasifik sebagai peringkat regional meningkat dari 0.428 di 1980 menjadi 0.671 saat ini, sehingga menempatkan Indonesia di bawah rata-rata regional.

Jumat, 04 November 2011

BAGAIMANA KITA BER-QURBAN ?


Salah satu ibadah yang harus dilaksanakan oleh kaum muslimin yang memiliki kemampuan dari segi harta pada hari raya Idul Adha adalah menyembelih hewan qurban, baik berupa kambing, sapi, kerbau maupun unta. Qurban berasal dari kata qoruba yang artinya dekat. Dengan demikian, ibadah qurban merupakan salah satu bentuk dari pendidikan dan realisasi taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).

Keharusan seorang muslim untuk berqurban dengan menyembelih hewan qurban merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya sebagaimana dalam firman Allah:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah“ (QS Al Kautsar:1-2).

Sementara, dalam suatu hadits, Rasulullah Saw bersabda:

“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan tapi tidak berqurban, maka janganlah ia menghampiri tempat shalat kami“ (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

Kualitas Manusia Indonesia Melorot

Oleh : M Ikhsan Shiddieqy


Kualitas manusia Indonesia masih belum cukup membanggakan, bahkan di tingkat Asia Pasifik. Hal itu terlihat dalam laporan United Nation Development Program (UNDP) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di berbagai negara yang dipublikasikan awal November ini.

Indeks itu menunjukkan kualitas manusia yang dinilai berdasar pendidikan, kesehatan, dan pendapatan. IPM Indonesia pada 2011 ini adalah 0,617 atau sedikit naik dari IPM 2010 yaitu 0,6. Namun dari segi peringkat, kualitas hidup manusia Indonesia kini berada di posisi ke-124 dari 187 negara, melorot jauh dari urutan ke-108 pada tahun lalu.

IPM Indonesia itu masih di bawah IPM negara-negara Asia Timur dan Pasifik yang berada di angka 0,671. Meski perbedaannya tipis, hal itu tetap menunjukkan IPM Indonesia masih rendah dibanding rata-rata negara di kawasan. Bahkan di Asia Tenggara, Indonesia hanya unggul dari negara-negara seperti Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Laos.