Minggu, 01 Januari 2012

Kita Yang Menentukan Posisi, “Here, There and Everywhere”

Oleh : Erri Subakti


Hidup adalah ’sebuah karya seni.’

Mozart, Bethoven dll, jika memainkan karya-karyanya dengan jiwa mereka. Bukan sekedar mengikuti ‘ketukan metronome’ seperti lagu-lagu digital di masa sekarang yang ketukannya sudah terukur.

Artinya, sebuah karya seni tidak bisa ‘diulang’ penciptaannya karena memiliki latar belakang emosi yang berbeda-beda setiap waktunya. Tidak seperti eksakta, hasil perhitungan tadi malam pasti sama dengan perhitungan pagi hari. Itu sebabnya hanya ada satu lukisan Monalisa karya Leonardo Da Vinci.

Pernah kita bisa melakukan sesuatu yang jika kita ulangi sekali lagi, tidak mungkin bisa melakukannya dengan persis sama. Pencapaian keberhasilan seseorang dalam kehidupan juga demikian terjadinya. Kesuksesan yang pernah diraih di masa lalu sering sulit diulang lagi di masa kini. Situsi, kondisi, dan emosi tak kan lagi sama dari masa ke masa.


Ya, ‘tiupan angin’ tak pernah sama. Itulah mengapa kita harus selalu terus mencari dan memodifikasi cara hidup kita. Terus mengasah keterampilan kita dalam merespon setiap kondisi yang kita hadapi.

“Satu perahu berlayar ke timur dan satu lagi ke barat, padahal digerakkan oleh angin yang sama. Bentangan layar kitalah, dan bukan arah angin yang menentukan ke mana arah kita. Seperti angin laut itulah alur nasib kita. Ketika mengarungi kehidupan, bentangan jiwa kitalah yang menentukan tujuannya dan bukan ketenangan atau hiruk pikuknya.” (Ella Wheeler Wilcox)
“You can not change the wind direction, but you can change your wing direction.” Kita tidak akan pernah bisa merubah arah angin, yang bisa kita lakukan hanyalah mengubah arah sayap kita. Realita kehidupan tidak akan berubah kecuali kita sendirilah yang mengubah sudut pandang terhadap realita yang ada.

Event + Response = Outcome, kata Dr. Robert Resnick, seorang psikoterapis dalam sebuah rumusan untuk memaknai hidup. Apapun yang ada di hadapan kita (event), entah itu problem, keterbatasan, kendala, dsb. tetap perlu mendapat respon yang positif dari diri kita.

Keterbatasan-keterbatasan bagi sebagian orang bisa menjadi sebuah energi yang mendorong untuk berbuat lebih kuat, ulet, semangat, dan bahkan lebih nekat. Sebuah prestasi tidak melulu lahir dari kondisi yang sempurna. Seringkali malah prestasi lahir dengan kondisi keterbatasan di mana-mana. Keterbatasan pengetahuan, keterbatasan fisik, keterbatasan waktu atau keterbatasan modal.

Maka sebenarnya suatu keberhasilan atau kegagalan, kekayaan  atau kemiskinan, kebaikan ataukah keburukan merupakan hasil cara kita merespon kejadian atau keadaan itu sendiri.

Setiap seniman tidak melulu semua karya yang dihasilkannya adalah sebuah masterpiece. Banyak seniman yang cuma punya satu-satunya masterpiece, sedang yang lainnya tidak laku…. Yang terpenting adalah teruslah berproses, melangkah, setapak demi setapak, hingga mampu berlari… nikmati setiap jengkalnya.

Cause we were raised, to see life as fun and take it if we can …


Tidak ada komentar:

Posting Komentar