Oleh : Muhammad Yunus
Pilihan miskin dari kesadaran dan keterpaksaan
Miskin adalah sebuah realitas kehidupan yang diakibatkan oleh beberapa factor kesalahan system ekonomi, kebijakan penguasa, system distribusi, pendidikan dan juga budaya masyarakat. Beberapa bentuk kemiskinan yang merealita di masyarakat hingga saat ini, diantaranya:
Miskin financial. Kemampuan untuk memiliki dan sekaligus susah untuk mendapatkan akses likuiditas uang. Secara kesadaran sering disebabkan oleh ketidakmauan untuk memaksimalkan kreatifitas dan kemampuan yang tersedia dalam diri. Sedangkan dalam bentuk keterpaksaan bersumber dari susahnya mendapatkan uang beredar untuk kebutuhan berusaha. Keterpaksaan selanjutnya berasal dari kepincangan peredaran uang.
Miskin financial secara kesadaran bisa disebabkan beberapa persoalan internal. Pertama kekurangan pengetahuan tentang manajemen keuangan. Kedua, ketidakmampuan untuk beraktifitas melalui kerja keras dan cerdas. Ketiga, keenganan untuk melakukan perubahan cara dan pola berfikir dalam berusaha.
Miskin religious. Kemiskinan yang diakibatkan oleh hilangnya pelaksanaan nilai-nilai, sistem dan metode ekonomi berbasiskan Alquran dalam rentang kehidupan masyarakat Islam. Al quran hanya sebuah sakralisasi yang tidak tersentuh untuk realitas.
Penyebab ini bersumberkan kepada kemampuan membaca dengan baik dan mengerti akan kandungan Alquran yang telah hilang. Pengetahuan akan kita suci sendiri adalah hal yang langka ummat Islam.
Miskin karakter. Kemiskinan karakter berhubungan dengan kemiskinan aspek finansial pada sisi mengakses pendidikan secara formal. Namun tidak secara informal. Kemiskinan karakter cendrung di picu oleh kehilangan keteladanan dan panutan dalam keluarga dan lingkungan.
Kecendrung miskin secara karakter adalah yang tidak memiliki nilai-nilai membentuk diri yang tercermin dalam pola tingkah laku keseharian, nilai-nilai tersebut berupa keteladan ulama dalam religious dari agama. Keteladanan pemimpin dalam nilai adat dan norma yang berlaku di masyarakat. Keteladanan pendidikan dari sekolah dan guru yang mampu memberikan pembelajaran bukan hanya pengajaran namun juga bentuk nyata dari keseharian. Kehilangan keteladanan dalam pemerintahan juga membentuk kemiskinan karakter bangsa.
Miskin mental. Mental berhubungan erat dengan karakter yang terbangun lewat pergumulan. Bagi yang memiliki pendidikan dan mendapatkan keteladanan melahirkan karakter positif dan mental positif. Ciri khas berkarater positif adalah pribadi yang terbuka dengan ide, gagasan bermanfaat, memiliki kreatifitas untuk menyelesaikan masalah dan juga mencipta hal hal baru. Sisi lain berkreasi lewat inovasi yang berkelanjutan dan menghargai perbedaan adalah bentuk mental positif.
Sedangkan karakter negative memberikan dampak mental negative. Banyak kejahatan dan juga perbuatan merusak di mulai dari pesepsi mental yang sakit atau negative. Bagi mereka yang merokok dalam ruangan atau dimobil adalah mempunyai mental negative. Perilaku ini mengakar dalam tradisi korupsi baik pada tingkatan terkecil maupun terbesar yang tersebar di setiap relung pemerintahan, pendidikan, keadilan.
Miskin ilmu. Malas adalah langkah pertama membuat seseorang menjadi miskin ilmu. Kemalasan disebabkan oleh persepsi bahwa ilmu itu tidak penting dan didukung oleh lingkungan keluarga yang tidak mementingkan ilmu. Bodoh adalah sebuah blok mental yang menyebabkan seseorang miskin Ilmu.
Pilihan miskin berangkat dari kesadaran dan juga keterpaksaan. Disatu sisi kesadaran terlahir miskin banyak menghantarkan orang-orang hebat untuk tidak miskin ilmu, mental dan pendidikan, walau secara keterpaksaan ekonomi, kebijakan sosial memaksa mereka tetap berada dalam miskin finansial.
Tugas secara pribadi adalah mengeluarkan segenap daya dan upaya untuk secepat mungkin keluar dari wilayah miskin ilmu, miskin mental positif dan miskin religius. Sedangkan secara kolektif sosial dan politik adalah tugas dan tanggung jawab pemerintah sebagai pelasana amanah masyarakat.
Berhentilah menjadi miskin apalagi melakukan kebijakan pemiskinan diri sendiri dan orang lain.
01/01/2012 adalah pertanda bahwa banyak tindakan demi tindakan bersama untuk memilih miskin secara kesadaran dengan menghamburkan sumberdaya ekonomi untuk hal yang memubazir dan menyampah. Bukanlah pilihan keterpaksaan karena berangkat dari kesadaran kolektif yang tertipu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar