Oleh : M Ikhsan Shiddieqy
Kualitas manusia Indonesia masih belum cukup membanggakan, bahkan di tingkat Asia Pasifik. Hal itu terlihat dalam laporan United Nation Development Program (UNDP) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di berbagai negara yang dipublikasikan awal November ini.
Indeks itu menunjukkan kualitas manusia yang dinilai berdasar pendidikan, kesehatan, dan pendapatan. IPM Indonesia pada 2011 ini adalah 0,617 atau sedikit naik dari IPM 2010 yaitu 0,6. Namun dari segi peringkat, kualitas hidup manusia Indonesia kini berada di posisi ke-124 dari 187 negara, melorot jauh dari urutan ke-108 pada tahun lalu.
IPM Indonesia itu masih di bawah IPM negara-negara Asia Timur dan Pasifik yang berada di angka 0,671. Meski perbedaannya tipis, hal itu tetap menunjukkan IPM Indonesia masih rendah dibanding rata-rata negara di kawasan. Bahkan di Asia Tenggara, Indonesia hanya unggul dari negara-negara seperti Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Laos.
Sekadar perbandingan, Malaysia memiliki IPM 0,761 dan membuat negeri jiran itu bertengger di peringkat ke-61 dunia dan peringkat kedua di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Indonesia bahkan masih kalah dari Filipina dengan IPM 0,644 atau peringkat ke-112 global.
Negara dengan IPM tertinggi adalah Norwegia, Australia, dan Belanda. Tiga negara itu memiliki kualitas pembangunan manusia yang paling baik, khususnya dari segi pendidikan, kesehatan, dan pendapatan.
Dalam laporan UNDP itu, 72 negara mengalami peningkatan peringkat pada periode 2006-2011. Negara dengan peningkatan peringkat tertinggi adalah Kuba, Venezuela, dan Tanzania. Sedangkan, 72 negara lainnya mengalami penurunan peringkat, tentu saja itu termasuk Indonesia yang melorot 16 tingkat.
Secara umum UNDP menyimpulkan bahwa IPM dunia pada tahun ini mengalami kemajuan dibanding sebelumnya. Meski demikian, masih banyak negara yang hanya mampu memberikan pendidikan terbatas, warga berpendapatan kurang, dan harapan hidup rata-rata yang jauh di bawah rata-rata dunia.
Lalu, apa dampak rendahnya kualitas hidup manusia? Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawady mengatakan, kualitas manusia rendah yang ada di Indonesia bisa berdampak serius terhadap perekonomian. Di Indonesia tidak akan muncul pengusaha-pengusaha baru, melainkan masyarakat yang tidak produktif.
''Akhirnya kita menjadi pembeli, bukan produktif. Maksud saya, kita jadi tidak bisa ekspor, harus minta ke Singapura,'' kata Edy di Jakarta, Kamis (3/11). Edy mengaku belum membaca langsung laporan UNDP mengenai IPM itu, namun membenarkan kondisi tersebut.
Kualitas manusia Indonesia memang masih tertinggal dari negara lain. Hal itu salah satunya terlihat dari minimnya entrepreneur di Indonesia. ''Setiap krisis kita tidak bisa ekspor, kita tidak bisa menarik investasi karena lack human, itu benar,'' kata Edy.
Pemerintah tentu tidak tinggal diam dengan kondisi ini. Menurut Edy, pemerintah sedang mengembangkan program center of excellence dan inkubator bisnis yang ada di Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). ''Saya kira itu yang perlu kita perbaiki. Pokoknya investasi di sektor pelayanan publik, itu paling pokok termasuk apa pun birokrasi, perizinan, infrastruktur, fokus dulu ke pelayanan publiklah, baru human capital.''
Ekonom Fauzi Ichsan menilai peningkatan kualitas manusia di suatu negara tidak hanya bertumpu pada pendidikan dan kesehatan. Kualitas manusia bisa meningkat jika ada investasi yang masuk ke negara itu. Investasi akan menggerakkan perekonomian.
Dengan adanya investasi, kata Fauzi, maka pembangunan infrastruktur bisa berjalan. Dampaknya pada penyerapan tenaga kerja yang berarti ada income generation di masyarakat yang bisa meningkatkan pendapatan. ''Kalau ke sektor riil, tentunya relasinya ke pembangunan proyek karena pembangunan proyek ini otomatis ada penyerapan tenaga kerja,'' kata ekonom Standard Chartered Indonesia itu.
Semakin banyak proyek infrastruktur, akan semakin banyak tercipta lapangan pekerjaan yang akan mendorong sektor ekonomi lain. Akhirnya, pendapat an yang meningkat bisa mempermudah akses masyarakat ke pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Kalau kita bicara human resources, kita bicara pendidikan. Jadi, kualitas pendidikan seberapa baik bisa kita tingkatkan, ujar Fauzi.
Dia menambahkan, investasi yang masuk ke infrastruktur tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat, namun membuat sektor manufaktur akan lebih kompetitif. Hal itu karena ada penurunan biaya transportasi dan energi melalui proyek infrastruktur. Dalam jangka waktu panjang, investasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas manusia dan infrastruktur, tapi bisa berdampak pada ekonomi secara makro.
http://republika.co.id:8080/koran/14/147007/Kualitas_Manusia_Indonesia_Melorot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar