Senin, 05 September 2011

Jangan Pensiun dari Kebaikan

Oleh : Cahyadi Takariawan


             Banyak orang yang memiliki cita-cita terlalu sederhana dalam hidup. Mereka ingin menyelesaikan kuliah, bekerja mapan, penghasilan tetap, dan akhirnya mendapatkan dana pensiun setiap bulan. Tentu saja keinginan tersebut sah saja, akan tetapi hendaknya anda tidak menjadikan pensiun sebagai bagian akhir dari sejarah hidup anda. Jangan anda tutup lembaran sejarah kehidupan anda dengan sebuah kegiatan sederhana: pensiun.
            Allah menyuruh kita untuk memiliki mental pejuang, yang tidak pernah pensiun dari medan perjuangan sampai kematian yang menghentikannya. Setiap pejuang selalu gagal menghentikan keinginannya yang tak pernah pudar untuk selalu berjuang. Ada etos yang menyala dalam hidup, untuk selalu berbuat kebajikan, dari setiap waktu yang dimiliki. Tak ada kamus pensiun dalam dunia perjuangan, sebab setiap usia memiliki perannya masing-masing.

            Cobalah perhatikan dengan seksama untaian doa yang diajarkan Al Qur’an:
            Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa” (Al Furqan: 74).
            Ayat di atas menyiratkan dua hal. Pertama, peran kaderisasi, agar generasi berikut bisa menjadi mata rantai penerus perjuangan generasi sebelummnya, sambung menyambung antargenerasi. Setiap pejuang menghendaki generasi penerusnya berada dalam garis perjuangan yang telah dirintis generasi sebelumnya. Kedua, setelah muncul generasi yang meneruskan perjuangan, peran berikutnya adalah menjadi pemimpin, teladan, contoh panutan bagi masyarakat. Inilah peran berkelanjutan dalam perjuangan, tidak pernah ada yang pensiun, semuanya mengambil peran sesuai proporsi usianya.
            Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi para pelaku kebaikan, kecuali hadirnya generasi baru yang konsisten meneruskan peran-peran perjuangan generasi pendahulu. Terciptalah kesinambungan antaragenerasi, tanpa ada keterputusan dan kekosongan peran sejarah, untuk menciptakan kebaikan demi kebaikan dalam kehidupan. Namun, generasi pendahulunya senantiasa berada dalam barisan kepemimpinan, tidak dalam konteks yang selalu formal, namun lebih mengarah kepada kepemimpinan spiritual, kepemimpinan moral dan amal.
            Kita tidak dibiasakan untuk menyerahkan tongkat kebaikan kepada generasi baru begitu saja, sementara generasi sebelumnya merasa telah purna tugas sehingga mereka berhenti melakukan kebaikan, berhenti melakukan peran keteladanan, berhenti dari medan perjuangan, karena telah ada yang meneruskan. Jangan, jangan anda berharap akan bisa pensiun dari peran-peran kebaikan.
            Memang, secara formal anda harus bisa menyerahkan peran perjuangan kepada generasi baru, seperti yang seharusnya terjadi dalam kepemimpinan organisasi massa atau partai politik, akan tetapi anda bukanlah pihak yang bisa serta merta menyatakan telah berada pada posisi menikmati hasil perjuangan. Anda tidak diperbolehkan pensiun dari medan kebaikan, karena hal itu akan menyebabkan terputusnya mata rantai sejarah. Yang anda harus lakukan adalah memberikan keteladanan bagi generasi baru, bahwa anda senantiasa memberikan contoh perjuangan dalam segenap titik usia anda, hingga kematian menjemput.
            Inilah yang dikehendaki dalam usaha merealisasikan kebaikan dalam kehidupan. Tidak ada kamus pensiun. Yang ada adalah pergantian bentuk peran, dari masing-masing generasi, setiap mereka memiliki posisi tersendiri untuk merealisasikan kebaikan. Jangan pernah pensiun dari kebaikan. Setelah usai mengerjakan sebuah kebaikan, segera laksanakan kebaikan yang lain. Jangan pernah berhenti dan menepi.



Penulis adalah Dewan Pembina Yayasan Harapan Umat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar